href='https://maxcdn.bootstrapcdn.com/font-awesome/4.3.0/css/font-awesome.min.css' rel='stylesheet'/> AGRIBISNIS BENIH IKAN BLOG: Blog
Showing posts with label Blog. Show all posts
Showing posts with label Blog. Show all posts

Wednesday, December 20, 2017

Kalau Carinya Saja Susah, Masak Tidak Mencintainya ?




Sumber Gambar : http://cdn.metrotvnews.com/dynamic/photos/2016/12/19/25611/uang_5.jpg?w=1111

Gerakan cinta rupiah ini harusnya hanya untuk golongan ekonomi menengah ke atas. Kalau golongan menengah bawah jangan ditanya mencintai rupiah, mencarinya saja susah kok dibilang tidak mencintai rupiah. Celakanya lagi golongan ekonomi menengah ke atas (lebih tepatnya lagi golongan atas yang suka ke luar negeri) inilah yang menguasai uang yang ada di Indonesia. Walaupun tidak semua, ya. Sehingga Gerakan Cinta Rupiah harusnya untuk level tinggi di negeri ini. Lebih spesial lagi bagi orang yang suka plesir, kuliah, belanja dan lain sebagainya yang ke luar negeri.

Bagi golongan masyarakat ekonmi lemah dan lebih luas lagi ekonomi menengah bawah ini bekerja membanting tulang berpeluh keringat bahkan sampai mengadu nyawa untuk mencari rupiah. Untuk membuat dapur ngebul. Berpikir lagi untuk rumah tinggal yang layak, biaya pendidikan, kesehatan, apalagi plesir ke destinasi wisata luar negeri (jadi wisman), untuk plesir di negeri sendiri saja belum sanggup, kok. Plesir atau hanya sekedar mengunjungi saja belum mampu, apalagi belanjanya. Agak kurang enak juga ketika seorang teman bercerita dengan menggebu-gebu pernah ke sini, situ, dan daerah lain tempat eksotis, bernilai sejarah, dan tempat terkenal lainnya. Sekedar curhat juga, ya.

Mencintai rupiah ini harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya sekedar slogan, wacana, dan kata-kata manis saja, namun bila kehidupan bermasyarakat dan bernegara tidak atau kurang diimpleementasikan akan menjadi sebuah omdo (omong doang). implementasinyapun berbeda-beda untuk setiap orang tergantung golongan masyarakat mana menjadi komunitas golongan tersebut. Gerakan Cinta Rupiah menurut saya bermaksud untuk menjaga nilai rupiah meningkat atau minimal stabil. Berikut ini disajikan perilaku kehidupan sehari-hari yang mencerminkan "Cinta Rupiah" untuk :

A. Golongan Ekonomi Menengah Bawah alias Lemah

1. Bekerja atau berproduksi untuk menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantas memadai, harga bersaing (syukur lebih murah) yang diminta dan disukai oleh masyarakat Indonesia. Dengan kata lain kita swasembada segala kebutuhan hidup seluruh masyarakat Indonesia. Bila tidak import, maka tidak perlu membeli uang asing. Bila uang asing banyak dibeli menyebabkan nilai rupiah merosot. Bila nilai rupiah meningkat, golongan ini makin cinta rupiah.

2. Tidak menggunakan barang import. Di era perdagangan bebas ini, silakan barang import masuk, namun bila kita tidak menyukainya akan tidak laku di pasaran. Bila laku keras, barang import ini bila lama-kelamaan akan menyebabkan harga meningkat, bila permintaannya meningkat. Bila harga barang import naik, otomatis perlu beli uang asing untuk bayarnya. Permintaan uang asing meningkat, nilai rupiah merosot. Bila tidak ada atau hanya sedikit barang import, maka nilai rupiah akan meningkat atau minimal stabil. Nilai rupiah tidak bergejolak, maka kita makin cinta rupiah.

3. Golongan ini mempunyai potensi untuk ke luar negeri, membeli uang asing, membeli barang brand luar negeri dengan frekuensi kemungkinan kecil. Saya juga mengatakan tidak ada, namun kecil. Mohon maaf, ya. Tapi harusnya kita mengatakan tidak. Say Not to Import Product.

B. Golongan Ekonomi Menengah Atas


1. Berusaha bekerja untuk swasembada dalam segala bidang
2. Tidak mengunakan barang import atau meminimalizer.
3. Tidak menyimpan uang asing atau meminimalizir
4. Meminimalizir bepergian ke luar negeri.


C. Golongan Legislatif Eksekutif


1. Membuat regulasi agar iklim usaha yang kondusif, misalnya fasilitas prasarana infrastruktur, sarana produksi, teknologi, propduksi, teknologi pasca panen, perkreditan dan lainnya. One Village One Produtc mungkin salah satunya.
2. Membuat regulasi perizinan manufaktur yang ramah bahan baku lokal.
3. Membuat regulasi agar swasembada dalam segala bidang.
4. Membuat regulasi penggunaan barang substitusi import.
5. Membuat regulasi sementara untuk tenaga dengan keahlian yang akan dikirim sebagai TKI yang mendatangkan banyak devisa..

Di era pembangunan ini semoga program swasembada dalam segala bidang bisa terwujud. Tentu dengan kerja keras segenap elemen masyarakat. Bila kita sudah swasembada tentunya kita juga akan membantu masyarakat negara lain, namun dengan cara eksport yang akan mendatangkan devisa. Semoga kita bersatu padu untuk tujuan yang besar ini segera berhasil.


Sumber Gambar : http://cdn.metrotvnews.com/dynamic/photos/2016/12/19/25611/uang_5.jpg?w=1111

Wednesday, December 6, 2017

Rupiahku Dunia Akherat


Gambar : http://makassar.tribunnews.com/2016/12/19/ini-bedanya-uang-emisi-2016-dengan-uang-lama

Semua aktifitas manusia pada dasarnya untuk mendapatkan imbalan. Sebelum adanya uang manusia melakukan pertukaran sistem barter (barang ditukar dengan barang dengan syarat saling membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemudian berkembang pertukaran dengan sebutan pertukaran uang barang (barang ditukar dengan barang dengan memperhitungkan jenis barang, kepentingan orang terhadap barang tersebut). Hingga berkembang lagi menjadi pertukaran uang dengan barang. Proses pertukaran itu berkembang seiring berjalannya waktu dan mengalami perkembangan yang sangat pesat, bahkan pertukaran dilakukan di dunia maya. Menurut pemikiran orang awam saat dulu, hal itu tidak mungkin terjadi. Namun saat ini transaksi online sudah biasa.

Uang adalah suatu barang yang mudah dibawa, disimpan dan tidak mudah rusak, diakui oleh masyarakat sebagai alat tukar menukar yang syah diakui oleh negara. Uang merupakan pendukung segala kegiatan manusia, bahkan di era global yang sering disebut Zaman Now atau zaman sekarang. Uang merupakan tolak ukur penghargaan terhdap diri seseorang, seolah-olah harga diri seseorang diukur dari sedikit banyaknya uang yang dimilikinya. Ketika mobil bagus, rumah bagus, uang banyak, maka akan dihormati dan dihargai.

Mata uang atau sebutan uang pada setiap negara berbeda-beda. Penyebutan uang di beberapa daerah berbeda-beda, antara lain duit, yotro, arto, pis, piti, dan lain-lain. Mata uang Indonesia disebut rupiah yang kita pergunakan sehari-hari dalam bertransaksi.

Dalam hidup manusia, uang penting, tetapi pentingnya tidak mengalahkan pentingnya rasa bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup manusia membutuhkan orang lain, dengan siapapun, dalam keadaan apapun, dan sedang berada di manapun.
Uang tidak mampu mengalahkan rasa yang ada pada diri manusia, jika manusia tahu tentang hidup dan kehidupan.

Rasa yang ada setiap manusia pada dasarnya sudah kodrat. setiap manusia hidup dalam keluarga. Manusia harus menjaga rasa kekeluargaan. Manusia juga hidup di tengah masyarakat, oleh karena itu juga harus menjaga rasa kemasyarakatan. Di Indobesia setiap manusia/masyarakat harus menganut agama. Dalam kehidupan taat ajaran agama merupakan keutamaan.

Dalam hidup ini ternyata di setiap kegiatan hidup semua terkait dengan rupiah. Pada semua sisi kehidupan rupiah selalu hadir berdampingan dengan masalah manusia, sehingga jalan keluar masalah yang bisa diambil tergantung manusia yang memutuskannya. Rasa yang ada pada manusia menentukan penyelesaian masalah. Pada masalah yang sama, bila yang memutuskan berbeda, maka hasil keputusan akhir akan berbeda. Untuk ketepatan pengambilan keputusan dalam masalah kehidupan manusia harus menghidupkan rasa yang merupakan kodrat yang membedakan manusia dengan makhluk lain.

Rupiah bukan segalanya

Problem dalam hidup pada dasarnya berada pada rupiah. Itu yang menyebabkan perbedaan dalam berperilaku dan memperlakukan orang. Karena rupiah ada perbedaan level dalam menghargai dan menghormati seseorang.
Pada dasarnya setiap orang memiliki hasil penanaman perilaku yang berbeda-beda. Karena perilaku seseorang tergantung orang tua/keluarga tempat dirinya tinggal, sekolah di mana belajar, dan siapa yang ada dalam pergaulannya.

Yang paling pokok dalam pembentukan perilaku adalah didikan keluarga dari 0-5 tahun. Pada usia ini jangan dikenalkan untuk mengetahui uang, membeli, minta sesuatu, jajan dan sebagainya. Tanamkan sikap menerima apapun yang diberikan padanya, biasakan berbagi dengan sesama, berkomunikasi dengan didampingi orang tua, tanamkan bahwa semua kegiatan dalam kehidupan ada tata caranya dan berusaha untuk diterapkan. Orang tua berusaha menyiapkan fasilitas anak sebelum anak memiunta, karena pada usia 0-5 tahun benar-benar masa merekam apapun total dan itu akan menentukan perilaku, sikap, kebiasaan dalam hidup sehari-hari dan akan mencetak anak siap menerima semua keadaan.

Sebagai orang tua banyak yang berpikir bahwa mencari uang untuk anak, lalu apapun kemauan anak dituruti. Yang penting anak tidak marah. Bila dibiasakan sejak kecil, maka membuat anak merasa bahwa ketika anak punya kemauan pasti akan didapat. Karena orang tuanya takut kalau akan marah. Maka tidak sedikit di zaman sekarang ini anak diatur oleh anaknya. Yang seharusnya orangtualah yang mengatur dan membimbing ke arah kesuksesan anak.

Anak merupakan aset keluarga, masyarakat dan bangsa yang akan dipertanggungjawabkan orang tua dan anak sejak di dunia sampai akherat. Oleh karena itu penanaman prinsip hidup tentang hak dan kewajiban, halal-haram, cara berperilaku harus tertanam dengan baik dalam diri anak. Hal ini untuk menghindari terjadinya pengambilan langkah anak keliru dan salah yang banyak dialami anak dan orang tua saat ini, seperti korupsi, judi, mencuri, merampok, jual ganja, kekerasan dalam rumah tangga dan lain sebaginya.

Di era global ini penulis memiliki prinsip mencintai anak, mencintai keluarga dan mencintai rupiah. Bukan berarti semua rupiah dihabiskan untuk sesuatu yang kita cintai. Akan tetapi rupiah yang kita cari dan telah kita miliki boleh habis hanya untuk sesuatu yang telah kita rencakanan. Dengan cara dan metode yang tepat, sehingga keberhasilan Insya allah akan terjadi, dan rupiah yang kita keluarkan tiak sia-sia.
Kesuksesan dapat dinikmati dengan memilki anak yang soleh dan solehah. Keluarga yang sakinah mawadah warohmah. Rupaih yang kita keluarkan dapat manfaat di dunia dan dapat dipertanggungjawabkan di akherat kelak. Aamiin.

Semoga.



Sumber Gambar : http://makassar.tribunnews.com/2016/12/19/ini-bedanya-uang-emisi-2016-dengan-uang-lama

Monday, December 4, 2017

Tahukah Anda Hubungan Menenggelamkan Kapal Ikan Asing dengan Mencintai Rupiah ?


http://niassatu.com/2016/12/19/11-pecahan-mata-uang-baru-rupiah-resmi-berlaku/

Mentri Kelautan dan Perikanan RI Ibu Susi Puji Astuti semakin terkenal dengan penenggelaman kapal penangkap ikan asing yang masuk ke perairan Indonesia. Hal ini ditempuh karena beberapa hal, di antaranya sudah demikian banyaknya kapal asing yang masuk dan menangkap ikan di perairan indonesia, selain ada peraturan perundang-undangan yang memerintahkannya. Pencurian ikan atau ilegal fishing ini sangat merugikan nelayan dan armada penangkap ikan Indonesia khusunya dan masyarakat serta negara kita pada umumnya. Nelayan asing dengan armada dan peralatan yang canggih menguras kekayaan alam sumber daya ikan Indonesia. Ini bisa dianalogikan sebagai “penjajahan versi baru”. Bandingkan juga dengan penjajahan yang telah menguras sumber kekayaan di Indonesia selama berabad-abad yang lalu.

Kenapa dibilang merugikan sampai masyarakat dan negara, karena seharusnya kekayaan alam sumber daya perikanan laut itu untuk ditangkap ke nelayan dan sebagian dijual ke masyarakat Indonesia dengan harga yang lebih murah. Karena stock melimpah. Yang harusnya masyarakat Indonesia banyak mengkonsumsi ikan laut agar sehat, kuat dan pintar. Namun konsumsi ikannya masih rata-rata di bawah standar. Bagi negara yang harusnya eksportnya meningkat sangat pesat. Karena sumber daya perikanan lautnya banyak dicuri oleh nelayan asing. Inilah salah satu hubungan antara penenggelaman kapal ikan asing dengan mencintai rupiah. Yaitu negara harus mencukupi devisanya yang minus dengan jalan membeli uang asing. Kalau membeli tentu saja dengan harga yang lebih mahal. Apalagi bila banyak permintaan uang asing, maka harganya akan lebih mahal lagi. Dengan kata lain rupiah merosot nilainya.

Inilah beberapa hubungan antara menenggelamkan kapal ikan asing dengan mencintai rupiah dapat disajikan dalam uraian berikut :

1.         Hasil tangkapan nelayan kita akan lebih banyak lagi, sehingga akan banyak mendatangkan devisa. Hasil tangkapan yang melimpah tentunya meningkatkan volume eksport hasil ikan laut. Bila eksportnya tinggi, devisa akan lebih banyak. Bila tidak beli uang asing tentunya nilai rupiah akan naik atau minimal stabil.

2.         Bila tangkapan melimpah tentunya ikan yang dijual untuk masyarakat akan melimpah dan tentu saja harganya akan terjangkau. Masyarakat pedalamanpun juga akan membeli harga ikan asin yang murah. Ini tentunya masyarakat pedalaman Pulau Jawa, kalau di sebagian Sumatera, Kalimantan, Papua masih banyak perairan umum yang hasil tangkapan ikan air tawar lumayan melimpah juga. Bila harga ikan murah, masyarakat akan kuat, sehat dan cerdas. Bila eksport tinggi, devisa besar. Tak perlu beli uang asing. Rupiah akan meningkat nilainya atau minimal stabil.

3.         Dari hasil tangkapan yang melimpah ini ada ikan yang tidak ekonomis (rucah, dan lain-lain) yang bisa diolah menjadi bahan yang banyak diimport, misalnya tepung ikan. Selama ini masih banyak import yang harganya mahal. Tepung ikan banyak dibutuhkan industri pakan ikan, udang dan ternak. Bila mengurangi import, maka tidak perlu membeli uang asing. Oleh karenanya harga mata uang asing tidak meningkat, karena tidak dibutuhkan. Rupiah akan meningkat nilainya atau minimal stabil.

4.         Hasil ikan laut akan menimbulkan usaha pengolahan ikan yang tentu akan meningkatkan konsumsi hasil ikan laut. Tidak mengkonsumsi hasil ikan maupun olahannya yang berasal dari import. Karena tersedia industri pengolahan hasil perikanan (di mana produk perikanan ini merupakan ferishable food yaitu makanan yang mudah rusak) dalam negeri yang lebih murah dan terjamin. Bila tidak ada hasil melimpah ini tentunya akan berpikir untuk import termasuk barang olahannya. Bila olahan ini saja import, maka harga uang asing akan meningkat. Dan rupiah akan tertekan turun.



Mencintai rupiah yang disajikan di atas adalah mencintai agar nilai rupiah tetap tinggi. Kalau mencintai rupiah dari segi fisik yaitu agar performent mata uang rupiah baik khususnya mata uang kertas dapat dilakukan dengan tidak melipat, tidak membuat sobek, tidak membasahi, tidak memberikan tanda tertentu, tidak membuat kotor dan lain sebagainya. Melihat penampilan rupiah yang bersih apalagi baru membuat kita tidak ingin membelanjakannya. Hemat kan ? Apalagi Kalau dengan membelanjakannya untuk membeli mata uang asing dan barang import, ini sama saja dengan tidak mencintai rupiah. Mata uang asing bila diburu dalam jumlah besar akan menekan nilai rupiah. Demikian juga bila belanja barang import, lama-kelamaan bila permintaannya meningkat akan membuat harga barang import meningkat. Meningkatnya harga barang import ini akan menekan nilai uang rupiah.

Demikian kilasan hubungan antara menenggelamkan kapal ikan asing dengan mencintai rupiah. Semoga kita semua bersatu padu untuk mencintai rupiah dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga.
 
Sumber Gambar : http://niassatu.com/2016/12/19/11-pecahan-mata-uang-baru-rupiah-resmi-berlaku/

Monday, November 27, 2017

Politik Pertahanan dan Ketahanan Rupiah




Gambar : https://www.kotasubang.com/wp-content/uploads/2016/12/uang-baru-rupiah-730x430.jpg

Saya belajar soal perikanan, khususnya pembenihan ikan air tawar. Semua hal yang berkaitan dengan hal tersebut, saya berusaha memahami. Walupun dengan tersendat-sendat, saya memijahkan ikan lele untuk sekedar menerapkan ilmu yang sudah saya peroleh dari berbagai institusi, media dan perorangan. Sekali lagi dengan keterbatasan saya. Saya hanyalah orang yang berusaha agar hidup tercukupi kebutuhan saya dan keluarga. Jatuh bangun usaha ini saya geluti untuk mencukupi kebutuhan yang semakin membengkak. Ayah, anakmu ini kini banyak menanggung beban.

Dalam perjalanannya sebagaimana orang berusaha, ada untung, impas dan rugi. Sampai pada akhirnya saya hampir-hampir saja meninggalkan usaha pembenihan ikan ini. Dengan sedikit pengetahuan dan ketrampilan teknis saja tidak cukup. Kekuatan mental juga harus mantap. Saya rasa ada hal yang kurang saya pahami yaitu Politik Pertahanan dan Ketahanan Pembenihan Ikan Air Tawar. Saya sendiri juga tidak bisa memberikan pengertian yang baik tentang hal tersebut, barangkali demikian luasnya dan sangat bergantung pada saat, pelaku/pesaing yang berbeda. Walaupun sebenarnya didalamnya juga ada hal teknis, misalnya saat permintaan banyak, saya harus punya produksi besar, saat pesaing tidak punya produksi, saya punya. Dan harus secara rutin. Politik kemitraan dengan pelanggan atau petani ikan, dan lain sebagainya.

Prolog di atas menggambarkan kompetensi yang kurang dari seorang pelaku usaha dan dalam kondisi terjepit. Dalam tulisan ini saya membuat ilustrasi/analogi tentang pemahaman atau katakanlah sebagai sebuah kompetensi kompetitif (kemampuan dalam suasana persaingan). Politik adalah cara untuk mencapai tujuan dan tentu saja dalam koridor etika dan peraturan perundang-undangan yang ada.. Sebelum dalam kondisi kritis (terjepit) harus berusaha menjadi kuat dan syukur menjadi yang terkuat.

Saya dan kita semua hidup bermasyarakat dan bernegara dalam wadah NKRI. Sebagai warga negara tentu saja mempunyai kebutuhan hidup dan untuk mencukupinya dengan jalan usaha/bekerja. Orang bekerja atau berproduksi menghasilkan barang yang tentu saja diperlukan oleh orang lain, bahkan juga orang-orang di sekitarnya. Sehingga setiap orang membutuhkan orang lain dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Oleh karenanya dibutuhkan alat tukar yang di Indonesia ini dalam mata uang Rupiah (Rp.).

Seseorang membutuhkan produksi barang orang lain, demikian juga sebuah negara membutuhkan barang produksi negara lain. Sistem perdagangannya membutuhkan standar alat tukar dari sebuah alat tukar mata uang yang mendominasi negara lain. Contohnya demikian kuatnya sistem perekonomian negara Amerika Serikat, sehingga mata uang Amerika Serikat (US Dollar) menjadi alat tukar standar. Tentu kita masih ingat krisis moneter 98, di mana nilai tukar Rupiah dari 1 US Dollar berkisar Rp. 2.500,- melonjak menjadi lebih dari Rp. 16.000,- bagi US Dollar, namun nilai tukar rupiah terjun bebas.
Pemegang alat tukar standar ini juga dikuasai oleh pemilik barang dari suatu negara. Hal ini sepertinya berlaku regional. Misalnya negara A mempunyai barang yang sangat dibutuhkan oleh negara lain, maka nilai tukar uangnya dengan mata uang negara A atau US Dollar. Sehingga mata uang negara A dan US Dollar banyak dibutuhkan. Di sinilah hukum ekonomi berjaya. Permintaan meningkat, harga meningkat.

Dengan dalil hukum ekonomi, banyak demand akan terjadi peningkatan harga. Yang dimaksudkan bila banyak orang memburu (membeli) US Dollar atau mata uang negara lainnya, maka nilai US Dollar atau mata uang yang diburu ini akan meningkat dan nilai tukar rupiah akan menurun. Oleh karena itu, mari kita semua lapisan elemen masyarakat Indonesia tidak memburu dan memborong mata uang asing. Marilah kita menggunakan rupiah saja, tidak perlu mempunyai simpanan mata uang asing.

Mencintai rupiah juga dapat diwujudkan dalam hal kita harusnya mencintai produk dalam negeri. Dan tidak menggunakan barang import. Bila kita menggunakan barang import, maka semakin hari harga barang import akan mahal. Ingat hukum ekonomi di atas. Dengan mahalnya barang import akan menekan nilai rupiah. Dan membutuhkan devisa untuk membayarnya. Ini menyebabkan perdagangan yang tidak surplus. Bayangkan kalau minus, mesti beli mata uang asing. Hal ini juga memproteksi produk dalam negeri yang dilakukan oleh petani, pelaku usaha enterpreneur lainnya dan BUMN. Masih ingatkah Anda dengan politik “dumping” yang dilakukan sebuah negara yang menjual barang dengan harga murah di luar negeri dan menjual mahal di dalam negeri ?

Mencintai rupiah juga dapat diwujudkan dengan cara memproduksi semua barang kebutuhan hidup semua bangsa kita Indonesia secara swasembada, sehingga kita tidak import barang dari luar. Di sini diperlukan semua usaha proofesional bersinergi untuk mencapai hal tersebut. Seorang guru mengajarkan muridnya agar rajin belajar, sehingga mempunyai kompetensi yang mumpuni, siap terjun ke dunia usaha, dan siap dalam persaingan usaha. Peneliti mengembangkan rekayasa teknologi yang mangkus dan sangkil. Seorang birokrat melaksanakan tugas pembangunan dengan mangkus dan sangkil. Seorang petani dengan mudah mendapatkan sarana dan prasarana produksi, teknologi, pemasaran (termasuk pengolahan bila diolah) dengan baik dan menguntungkan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Politikus berjuang untuk kemajuan masyarakat yang diwakilinya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kontraktor bekerja sesuai spesifikasi pekerjaan yang dikerjakannya. Pedagang menghidupi diri dan keluarganya dengan menjual produk dalam negeri dengan mutu dan harga yang kompetitif. Dengan kata lain semua profesi melaksanakan tugasnya secara baik dan memberikan kontribusi dalam pembangunan. Dan lain sebagainya. Serta pemerintah sebagai regulator memberikan fasilitas, peraturan perundang-undangan, mengawasi, menegakkan dan menjamin agar usaha yang dilakukan (proteksi) untung dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyrakat yang adil dan merata.

Mencintai rupiah juga dapat diwujudkan dalam hal memberi pengganti (substitusi) barang import, syukur-syukur bisa digantikan secara total 100%. Misalnya bahan pakan ikan berupa tepung ikan yang masih import bisa digantikan dengan produk lokal (toh ikan yang tidak laku dan ikan rucah juga melimpah dan malah sering dicuri nelayan asing) untuk sementara waktu secara berjangka bisa swasembada dalam tempo beberapa tahun. Tepung ikan import ini menjadikan harga pakan ikan (pellet) melambung tinggi membuat petani ikan dan udang menjerit, karena keuntungannya tipis.

Kebijakanpun juga memberi kontribusi terhadap pertahanan dan ketahanan rupiah ini, misalnya dengan menenggelamkan kapal asing yang mengambil kekayaan sumber daya perikanan laut di Indonesia. Dengan ketidakhadiran nelayan asing yang membawa kapal dan peralatan canggih ini akan semakin meningkatkan tangkapan nelayan Indonesia. Ujungnya eksport yang mendatangkan devisa dan ikan lainnya untuk konsumsi dalam negeri dan juga produk olahan ikan laut (tepung ikan ada di dalamnya). Oleh karenanya harus juga ada kebijakan lain yang dibuat dalam sistem dan kerangka pemberdayaan ekonomi agar swasembada dan memberikan nilai tukar kepada para pelaku usaha untuk berkembang dan mensejahterakan masyarakat pada umumnya.

Seperti di atas telah dituliskan bahwa segalanya bertopang pada etika dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Boleh saja menyebut etika belakangan, harus berdasarkan peraturan dulu. Oke, itu hanya soal urutan penyebutan. Bisa dibuat dari aturan yang lebih rendah, kemudian yang lebih tinggi atau sebaliknya dari yang tinggi ke lebih rendah. Namun keduanya bisa dijadikan pijakan dan pedoman serta sistem.

Selain mencintai rupiah agar mempunyai nilai tukar yang tinggi, kita juga harus menjaga agar performent mata uang rupiah tatap menarik. Kita juga harus memperlakukan uang kertasnya dengan baik. Tidak boleh dilipat, tidak dibuat koyak, tidak basah, tidak dikotori, tidak ditandai dengan apapun, dan lainnya yang membuat penampilannya tidak baik.

Dalam hal wawasan dan strategi untuk mencintai rupiah telah banyak yang memberikan pengertian agar pertahanan dan ketahanan rupiah dapat stabil dan syukur bisa meningkat. Dari segi etika haruslah didasari oleh suri teladan dari para petinggi negeri ini termasuk publik figur yang memberi contoh kepada masyarakat agar mencintai rupiah dengan tindakan nyata dan selalu menjadi trending topik di semua bidang dan kesempatan dalam bermasyarakat dan bernegara. Seperti misalnya tidak boleh menggunakan barang import (baik makanan, pakaian dan asesories lainnya dan kebutuhan hidup lainnya), kecuali yang belum diproduksi di Indonesia. Barang yang belum diproduksi atau belum mencukupi ini agar dijadikan prioritas pembangunan berikutnya. Harus dimulai dari sekarang, kalau tidak kapan lagi. Intinya yang kelas menengah atas, jangan simpan mata uang asing dan cintai, gunakan produk dalam negeri, yang kelas menengah bawah cukup gunakan produk dalam negeri. Semoga kita semua selalu melindungi rupiah agar mempunyai pertahanan dan ketahanan yang tangguh dengan mencintainya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga.

Sumber Gambar : https://www.kotasubang.com/wp-content/uploads/2016/12/uang-baru-rupiah-730x430.jpg




Share

by : Idesat