href='https://maxcdn.bootstrapcdn.com/font-awesome/4.3.0/css/font-awesome.min.css' rel='stylesheet'/> AGRIBISNIS BENIH IKAN BLOG: Kalau Carinya Saja Susah, Masak Tidak Mencintainya ?

Wednesday, December 20, 2017

Kalau Carinya Saja Susah, Masak Tidak Mencintainya ?




Sumber Gambar : http://cdn.metrotvnews.com/dynamic/photos/2016/12/19/25611/uang_5.jpg?w=1111

Gerakan cinta rupiah ini harusnya hanya untuk golongan ekonomi menengah ke atas. Kalau golongan menengah bawah jangan ditanya mencintai rupiah, mencarinya saja susah kok dibilang tidak mencintai rupiah. Celakanya lagi golongan ekonomi menengah ke atas (lebih tepatnya lagi golongan atas yang suka ke luar negeri) inilah yang menguasai uang yang ada di Indonesia. Walaupun tidak semua, ya. Sehingga Gerakan Cinta Rupiah harusnya untuk level tinggi di negeri ini. Lebih spesial lagi bagi orang yang suka plesir, kuliah, belanja dan lain sebagainya yang ke luar negeri.

Bagi golongan masyarakat ekonmi lemah dan lebih luas lagi ekonomi menengah bawah ini bekerja membanting tulang berpeluh keringat bahkan sampai mengadu nyawa untuk mencari rupiah. Untuk membuat dapur ngebul. Berpikir lagi untuk rumah tinggal yang layak, biaya pendidikan, kesehatan, apalagi plesir ke destinasi wisata luar negeri (jadi wisman), untuk plesir di negeri sendiri saja belum sanggup, kok. Plesir atau hanya sekedar mengunjungi saja belum mampu, apalagi belanjanya. Agak kurang enak juga ketika seorang teman bercerita dengan menggebu-gebu pernah ke sini, situ, dan daerah lain tempat eksotis, bernilai sejarah, dan tempat terkenal lainnya. Sekedar curhat juga, ya.

Mencintai rupiah ini harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya sekedar slogan, wacana, dan kata-kata manis saja, namun bila kehidupan bermasyarakat dan bernegara tidak atau kurang diimpleementasikan akan menjadi sebuah omdo (omong doang). implementasinyapun berbeda-beda untuk setiap orang tergantung golongan masyarakat mana menjadi komunitas golongan tersebut. Gerakan Cinta Rupiah menurut saya bermaksud untuk menjaga nilai rupiah meningkat atau minimal stabil. Berikut ini disajikan perilaku kehidupan sehari-hari yang mencerminkan "Cinta Rupiah" untuk :

A. Golongan Ekonomi Menengah Bawah alias Lemah

1. Bekerja atau berproduksi untuk menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantas memadai, harga bersaing (syukur lebih murah) yang diminta dan disukai oleh masyarakat Indonesia. Dengan kata lain kita swasembada segala kebutuhan hidup seluruh masyarakat Indonesia. Bila tidak import, maka tidak perlu membeli uang asing. Bila uang asing banyak dibeli menyebabkan nilai rupiah merosot. Bila nilai rupiah meningkat, golongan ini makin cinta rupiah.

2. Tidak menggunakan barang import. Di era perdagangan bebas ini, silakan barang import masuk, namun bila kita tidak menyukainya akan tidak laku di pasaran. Bila laku keras, barang import ini bila lama-kelamaan akan menyebabkan harga meningkat, bila permintaannya meningkat. Bila harga barang import naik, otomatis perlu beli uang asing untuk bayarnya. Permintaan uang asing meningkat, nilai rupiah merosot. Bila tidak ada atau hanya sedikit barang import, maka nilai rupiah akan meningkat atau minimal stabil. Nilai rupiah tidak bergejolak, maka kita makin cinta rupiah.

3. Golongan ini mempunyai potensi untuk ke luar negeri, membeli uang asing, membeli barang brand luar negeri dengan frekuensi kemungkinan kecil. Saya juga mengatakan tidak ada, namun kecil. Mohon maaf, ya. Tapi harusnya kita mengatakan tidak. Say Not to Import Product.

B. Golongan Ekonomi Menengah Atas


1. Berusaha bekerja untuk swasembada dalam segala bidang
2. Tidak mengunakan barang import atau meminimalizer.
3. Tidak menyimpan uang asing atau meminimalizir
4. Meminimalizir bepergian ke luar negeri.


C. Golongan Legislatif Eksekutif


1. Membuat regulasi agar iklim usaha yang kondusif, misalnya fasilitas prasarana infrastruktur, sarana produksi, teknologi, propduksi, teknologi pasca panen, perkreditan dan lainnya. One Village One Produtc mungkin salah satunya.
2. Membuat regulasi perizinan manufaktur yang ramah bahan baku lokal.
3. Membuat regulasi agar swasembada dalam segala bidang.
4. Membuat regulasi penggunaan barang substitusi import.
5. Membuat regulasi sementara untuk tenaga dengan keahlian yang akan dikirim sebagai TKI yang mendatangkan banyak devisa..

Di era pembangunan ini semoga program swasembada dalam segala bidang bisa terwujud. Tentu dengan kerja keras segenap elemen masyarakat. Bila kita sudah swasembada tentunya kita juga akan membantu masyarakat negara lain, namun dengan cara eksport yang akan mendatangkan devisa. Semoga kita bersatu padu untuk tujuan yang besar ini segera berhasil.


Sumber Gambar : http://cdn.metrotvnews.com/dynamic/photos/2016/12/19/25611/uang_5.jpg?w=1111

Share

by : Idesat