STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN (Pangasius hypoththalmus) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI BUDIDAYA IKAN (UPT BBI) KOTA METRO DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA METRO BERDASARKAN ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL YURIDIS, PASAR, TEKNIK, FISIK,
DAN PELAYANAN
DAN PELAYANAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Metro secara geografis terletak pada 105,170-105,190 bujur timur dan 5,60-5,80 lintang selatan, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung (Ibukota Provinsi Lampung). Wilayah Kota Metro relatif datar dengan ketinggian antara 30-60 m diatas permukaan air laut. Beriklim hujan humid tropis. suhu udara berkisar antara 260-280 C, kelembaban udara rata-rata 80-88 % dan curah hujan per-tahun antara 2,264 mm - 2,868 mm. bulan hujan berkisar antara September sampai Mei.
Kota Metro memiliki Luas wilayah 68,74 km2 atau 6.874 ha, dengan jumlah penduduk 150.950 jiwa yang tersebar dalam 5 wilayah kecamatan dan 22 kelurahan dengan batas wilayah :
· Sebelah Utara dengan Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, dan Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur.
· Sebelah Timur dengan Kecamatan Pekalongan dan Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.
· Sebelah Selatan dengan Kecamatan Metro Kibang, Kabupaten Lampung Timur/Way Sekampung.
· Sebelah Barat dengan Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah.
Sebagian warga Kota Metro masih menekuni sektor pertanian persawahan dengan lahan yang cukup luas sehingga sektor pertanian tetap mendapatkan perhatian utama .
Kota Metro direncanakan sebagai pusat pengadaan benih padi untuk wilayah Kota Metro dan sekitarnya. Sektor perternakan dan perikanan juga cukup berkembang, diantaranya ternak sapi, kambing, ayam buras, ras pedaging, ras petelur, dan itik, dan lainnya.
Berbagai jenis ikan yang dikembangkan yaitu ikan lele, patin, gurame, ikan mas dan ikan nila. Satu hal yang cukup membanggakan, Kota Metro ditetapkan sebagai centra lele untuk wilayah Provinsi Lampung (www.metrokota.go.id/?page=konten&&no=8 ).
Di samping ikan jenis catfish dan ikan yang tahan dalam air menggenang. Ikan patin juga merupakan produk unggulan yang dikembangkan di Kota Metro, baik produksi konsumsi maupun benihnya. Walapun tidak dinyatakan sebagai Centra Produksi Benih Patin, Kota Metro telah diakui sebagai produsen benih patin yang potensial di Propinsi Lampung. Hal ini dilihat dari produksinya pada tahun 2012 telah memproduksi sebanyak 9.915.000 ekor (Pertanian dalam Angka Kota Metro, 2012).
B. Tujuan
1. Mampu menganalisis aspek yuridis usaha Pembenihan Ikan Patin.
2. Mampu menganalisis aspek pasar usaha Pembenihan Ikan Patin.
3. Mampu menganalisis aspek teknik usaha Pembenihan Ikan Patin
4. Mampu menganalisis aspek fisik usaha Pembenihan Ikan Patin
5. Mampu menganalisis aspek pelayanan usaha Pembenihan Ikan Patin
C. Pokok Bahasan
1. Aspek Yuridis Usaha Pembenihan Ikan Patin
2. Aspek Pasar Usaha Pembenihan Ikan Patin
3. Aspek Teknik Usaha Pembenihan Ikan Patin
4. Aspek Fisik Usaha Pembenihan Ikan Patin
5. Aspek Pelayanan Usaha Pembenihan Ikan Patin
D. Lokasi dan Waktu Praktikum
1. Lokasi : Unit Pelaksana Teknis Balai Budidaya Ikan (UPT BBI) Kota Metro
Jl. Sumbawa No. 2 Kota Metro
2. Waktu : 9 – 27 September 2013.
E. Sarana, Alat, dan Instrumen
1. Sarana meliputi Buku Pertanian Metro Dalam Angka (PDA) Tahun 2012, dan Kamera.
2. Alat mencakup Alat Tulis, Kertas, dan Komputer.
3. Instrumen adalah.Melakukan wawancara dengan daftar pertanyaan, mendokumentasikan hasil wawancara dan prasarana dan data yang ada.
II. HASIL PENGAMATAN
A. Aspek Yuridis
· Alasan pemilihan jenis usaha tersebut dilihat dari wilayah, pangsa pasar, kebijakan pemerintah, dan alasan lain yang menunjang.
1) Potensi kolam baru dimanfaatkan 36.3 % (PDA Kota Metro 2012).
2) Luas kolam 623.700 m2 (luas kolam budidaya patin 50% untuk pembesaran patin yaitu 311.850 m2 ) memerlukan benih 2 kali tanam x 20 ekor/m2 x 311.850 m2 = 12.474.000 ekor/tahun. Sedangkan produksi benih patin yang dicapai tahun 2012 sebesar 9.915.000 ekor. Defisit bertambah, karena permintaan luar kota dari Propinsi Lampung dan Sumatera Selatan.
3) Pemerintah Kota mendukung usaha pengembangan perikanan dengan mengalokasikan dana pembangunan perikanan, Pemerintah Propinsi memberikan binaan dan bantuan sarana dan prasarana perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan memberikan dana alokasi khusus (DAK) tahun 2013 sebesar Rp. 1,8 milyar.
· Manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan usaha tersebut bagi pelaku bisnis (individu, kelompok usaha), masyarakat dan pemerintah.
1) Pelaku bisnis individu : pangsa pasar yang jelas dan meyakinkan.
2) Kelompok usaha : peningkatan usaha dengan membina anggota yang lain.
3) Masyarakat : meningkatkan pendapatan, peluang usaha, peningkatan gizi.
4) Pemerintah : mengentaskan kemiskinan, lapangan kerja, peningkatan gizi.
· Legalitas dari produk yang akan diusahakan berdasarkan ketentuan yang ada dari instansi yang berwenang (mis: sertifikat halal, bebas pestisida, bukan tanaman terlarang dll). Produk : sertifikat atau standar produk yang dibutuhkan dari produk yang akan diusahakan.
Standar Nasional Indonesia (SNI) Produksi Benih Ikan Patin Sebar dengan SNI No. 01-6483.2-2000 tentang Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyththalmus) kelas benih sebar.
· Badan hukum yang dimiliki (perusahaan perorangan, koperasi, CV, PT ). Untuk kelompok tani misalnya surat pengukuhan kelompok.
· Badan Hukum yang diperlukan atau yang ada (untuk tingkat kelompok tani), misalnya surat pengukuhan kelompok tani dan lain-lain.
Peraturan Walikota Metro No. 40 Tahun 2010
· Kegiatan usaha : izin gangguan, izin usaha, hak kepemilikan tanah dan usaha, asosiasidan lain-lain yang diperlukan atau yang dimiliki, bila milik pemerintah usahanya adalah program dari pemerintah.emerintah, sehingga keberadaan usahanya sudah menjadi program pemerintah.
B. Aspek Pasar
1) Perkembangan Pasar
Bagaimana kecenderungan pemasaran produk yang akan dipasarkan selama ini (permintaan, harga, volume penjualan, saluran pemasaran yang ada).
Permintaan :
Permintaan Kota Metro sebesar 12.474.000 ekor/tahun
Permintaan luar Kota Metro sebesar 10.000.000 ekor/tahun
Harga ; Surat Keputusan Walikota Metro Nomor : 237 Tahun 2012 Tanggal : 13 Maret 2012 Tentang Penetapan Harga Jual Benih Ikan Hasil Pembenihan (UPT) Balai Budidaya Ikan (BBI) Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Metro.
Volume penjualan sebesar 25.000.000 – 30.000.000 ekor/tahun. |
Saluran pemasaran yang ada melalui pelanggan, tengkulak, dan kenalan pelanggan. |
2) Pangsa Pasar
Jelaskan berapa persen prediksi pangsa pasar yang akan menjadi tujuan pemasaran produk tersebut selama periode usaha.
Dengan kapasitas produksi saat ini 500.000 ekor/tahun, dan estimasi produksi setelah peningkatan sebesar 2 kali lipat (1.000.000 ekor/tahun). Dengan penambahan produksi 500.000 ekor/th, maka pangsa pasar hanya mengisi 500.000 / 25.000.000 – 30.000.000 (1,7 – 2 %)
Pasar mana yang dituju (pasar tradisional/eksklusif/ domestik/ lokal/ global).
Pasar tradisional dan eksklusif.
Jelaskan yang mendasari penetapan pangsa pasar tersebut.
Pasar tradisional adalah pasar yang ada di sekitar kita. Pasar eksklusif adalah pasar pelanggan kita yang telah membeli benih yang berkualitas, sehingga akan selalu kembali membeli benih dan akan mengatakan hal baik kepada teman atau orang yang akan membeli benih. Pelanggan ini akan merekomendasikan produk kita.
3) Strategi Pemasaran
Jelaskan strategi pemasaran yang akan dipilih dengan menggunakan Strategi Segmentasi, Target dan Posisi (STP).
Segmentasi : mengarah pada geografis, yaitu dengan diakuinya Kota Metro sebagai satu-satunya Sentra Produksi Benih Patindi Propinsi Lampung, maka para pelanggan benih patin akan selalu mencari benih patin ke Kota Metro.
Segmentasi ini juga sudah mengarah ke segmentasi perilaku yang memperhatikan dapat diukur, dapat dijangkau, dapat menguntungkan, dan dapat dilaksanakan.
Target pada permintaan meningkat, selalu menarik pelanggan, dan ada prospek bagus.
Posisi pasar pada adanya proses produksi selalu dengan SNI yang bermutu, jaminan mutu, serta harga lebih murah, transfortasi lancar, pelayanan bagus, prasarana packing lengkap, adanya konfirmasi keluhan.
Volume pertanian persatuan waktu (hari/minggu/bulan/tahun)
- Perkembangan harga per hari/minggu/bulan
Perkembangan harga mengacu pada Surat Keputusan Walikota Metro Nomor : 237 Tahun 2012 Tanggal : 13 Maret 2012 Tentang Penetapan Harga Jual Benih Ikan Hasil Pembenihan (UPT) Balai Budidaya Ikan (BBI) Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Metro. Harga benih ikan patin biasanya menggunakan harga kisaran tertinggi pada saat awal musim (Oktober- Nopember) dan akhir musim Juni – September). Pada Bulan Desember – Mei menggunakan kisaran harga terendah sampai harga tengah.
- Banyaknya saluran pemasaran yang digunakan Saluran pemasaran yang ada adalah produsen – konsumen, produsen-konsumen melalui teman yang stok benihnya kurang, produsen-konsumen melalui tengkulak. Istilah pedagang pengumpul tidak dikenal dalam usaha pembenihan ikan patin, karena biasanya benih hanya dipesan, tetapi benihnya masih ada di tempat produsen. Pada saluran pemasaran produsen-pengecer biasanya sangat kecil, karena hanya dijual di pasar sebagai ikan hias. - Harga-harga yang terjadi pada tingkat saluran pemasaran dari produsen (petani/pengusaha/pengrajin), pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang eceran, dan konsumen.
Harga yang terjadi jika pemasaran melalui relasi biasanya lebih rendah Rp. 5-10,-/ ekor untuk fee/komisi relasi. Bila dijual di Pengecer biasanya lebih tinggi berkisar Rp. 50 – 100,-/ekor.
C. Aspek Teknik
1). Jelaskan bagaimana proses produksi secara sistematis mulai tahap awal sampai akhir kegiatan produksi.
Sistematis Proses Produksi Benih Ikan Patin :
a. Pemeliharaan Induk
Induk ikan patin dipelihara terpisah antara jantan dan betina berumur 2-3 tahun dengan padat tebar 2-3 ekor/m2. Selama dalam kolam pemeliharaan induk diberi pakan pellet kadar protein 30% dengan jumlah 2-3%/kg berat induk/hari. Menjelang musim pijah bulan Agustus diberi pakan tambahan cincangan daging bekicot atau keong mas.
b. Seleksi Induk yang akan dipijahkan
Mulai Bulan Oktober musim pemijahan patin. Induk ditangkap dengan diserok memakai jaring untuk diseleksi induk yang matang gonad untuk dipijahkan dengan kriteria sebagai berikut :
1) Betina
Perut membuncit, lunak, alat kelamin memerah
2) Jantan
Perut langsing, bila diurut ke arah kelamin mengeluarkan cairan putih susu/sperma. Pengurutan dilakukan perlahan dan hanya mengeluarkan sedikit sperma saja untuk meyakinkan bahwa induk jantan tersebut mengandung sperma yang cukup.
Induk betina yang diperlukan hanaya 1 ekor, sedangkan jantan 2-3 ekor. Induk yang terpilih ditimbang atau diperkirakan beratnya, sehingga berat induk betina dan jantan dapat diketahui. Induk ditampung dalam fibre glas volume 2 m2 dan diberok di dalam fibre selama 5-7 jam. Selama pemberokan ini dilakukan persiapan dengan mengisi air ke aquarium serta bak tetas. Sebelum ditangkap untuk seleksi induk, kolam induk tidak diberikan pakan 24 jam sebelumnya.
c. Pemijahan
Pemijahan ikan patin dilakukan secara buatan artinya disuntik dan dilakukan striping telur dan sperma untuk pembuahannya. Dinamakan buatan karena hampir sebagian besar dilakukan dengan bantuan manusia. Penyuntikan dilakukan di tempat sekitar punggung. Pada betina yang disuntik dua kali, maka punyikan I punggung sebelah kanan dan penyunjtikan II di sebelah kiri. Penyuntikan dilakukan dua kali untuk betina dengan dosis 0.75 cc ovaprim + 0,75 aquadest/kg induk betina yang diberikan 2 kali yaitu 0,5 cc ovaprim + 0,5 cc aquadest untuk penyuntikan pertama dan selang waktu 6 jam kemudian disuntik lagi penyuntikan kedua sebanyak 0,25 cc ovaprim + 0,25 cc aquadest. Sebelum disuntikkan campuran ovaprim dan aquadest dicampurkan dengan cara membolak-balikkan alat suntik/spuit, sehingga larutan bercampur. Penyuntikan terhadap induk jantan dilakukan bersamaan dengan penyuntikan betina yang kedua. Jumlah larutan yang disuntikkan sebanyak 0,25 cc ovaprim + 0,25 cc aquadest per induk ikan patin jantan. Biasanya induk jantan yang disuntik hanya 1 – 2 ekor saja.
Setelah interval 5 jam dari penyuntikan kedua dilakukan pengamatan terhadap induk betina. Induk betina diangkat perlahan dan diurut dari bagian perut ke arah kelaminnya, bila sudah mudah mengeluarkan telurnya, maka dilakukan striping untuk mengeluarkan telur. Apabila belum atau masih sulit, maka ditunda sampai beberapa saat untuk dilakukan pengurutan.
Adapun prosedur pembuahan sebagai berikut :
1) Induk betina yang sudah bisa diurut dilap dengan kain, agar air yang menempel di tubuh mengering.
2) Telur ditampung dalam wadah piring/baskom kecil yang kering. Pengurutan dilakukan sampai telur habis.
3) Segera induk jantan ditangkap, dilap, dan diurut spermanya langsung ditumpahkan ke atas telur. Bila telur patin betina habis sekali urut, maka diperlukan 2-3 ekor sperma jantannya.
4) Tuangkan larutan sodium klorida 0,9 %(larutan infuse sodium) untuk mengencerkan sperma dan larutan pengadukan dengan bulu ayam, sehingga merata yang memungkinkan telur dibuahi oleh sperma selama 2-3 menit.
5) Tuang larutan suspense tanah merah yang sudah lumat, kemudian aduk merata secara hati-hati agar tidak memecahkan telur yang telah dibuahi. Kemudian bilas dengan air bersih, larutan sampai tiga kali, dan cuci dengan menyiram air bersih. Keadaan ini sudah menjadi telur tidak melekat atau tidak saling menempel. Telur siap ditetaskan.
d. Penetasan Telur
1) Masukkan telur di corong penetasan, bagi secara merata dalam beberapa corong, sehingga telur bisa teraduk sempurna.
2) Atur kran air yang mengucur ke dalam corong sehingga tidak terlalu deras atau terlalu lemah. Dengan cara bila telur menumpuk, maka aliran lemah, dan bila telur tertumpah ke dalam corong, maka aliran terlalu deras.
3) Control aliran air secara kontinyu, telur akan menetas setelah 18 jam.
4) Telur yang menetas menjadi larva akan berenang ke permukaan air dalam corong dan akan mengikuti aliran yang tumpah ke dalam hapa halus yang dipasang di dalam fibre.
5) Setelah 30 jam dilakukan panen larva dengan cara diserok dengan serokan halus dan langsung dibagi ke dalam aquarium yang telah dipersiapkan sebelumnya. Bagi merata ke dalam aquarium tersebut. Aquarium ini telah dipersiapkan dan diaerasi sebelumnya.
e. Pendederan I di aquarium
1) Tutup semua aliran udara termasuk pintu indoor, sehingga ruang bisa dipertahankan suhunya 29-300 C.
2) Larva akan makan setelah 54 – 60 jam
3) Pemberian pakan dilakukan 5 kali sehari semalam (07.00, 11.00, 15.00, 21.00, 24.00)
4) 24 jam sebelum memberi pakan larva ditetaskan cyste Artemia, sehingga dalam sehari semalam menetaskan cyste Artemia sebanyak 5 kali. Adapun proses penetasan Artemia sebagai berikut :
a) Isi galon air dengan volume 15 liter. Posisi galon terbalik.
b) Beri garam dapur sebanyak 15 ltr x 20 gr = 300 gr.
c) Beri aerasi yang kuat di dasar gallon
d) Tebarkan 1-3 sendok makan cyste Artemia. 1sendok saat hari I, 1,5 sendok hari II, 2 sendok hari III, 2,5 sendok hari IV, 3 sendok hari V.
e) Jaga aerasi tetap kontinyu, bila listrik mati nyalakan genset.
f) Setelah 24 jam lakukan panen naupli Artemia, dengan cara matikan aerasi gallon yang akan dipanen, beri tutup hitam, sisakan tutupnya di 5-10 cm dari dasar gallon. Diamkan 5-10 menit. Naupli akan berkumpul di dasar. Naupli diambil dengan cara disipon sampai habis. Naupli siap diberikan ke larva patin. Untuk meratakan pemberian pakan ini, tamping naupli di ember volume 10 ltr dan beri air bersih hingga penuh. Bagi naupli ke dalam aquarium dengan gayung secara merata agar mendapat bagian yang sama setiap individu larva patin.
5) Pemberian pakan Artemia dilakukan selama 5 hari. Pada hari kelima pemberian naupli Artemia mulai dicampur dengan cacing sutera yang halus, sehingga pada hari ketujuh sampai hari ke-12- 14 diberikan pakan cacing sutera yang halus.
6) Pengelolaaan kualitas air dilakukan dengan menyipon kotoran yang ada di dasar aquarium hingga bersih. Penyiponan ini dilakukan sebelum pemberian pakan jam 07.00. dan 3 hari sekali penyiponan ini dilakukan hingga membuang air di aquarium sebanyak 50% dan diganti dengan air baru yang telah diendapkan hingga kembali seperti semula.
7) Pada hari ke 12 – 14 dilakukan pemanenan benih hasil pendederan I di aquarium.
8) Pemanenan dimulai dengan mengurangi air di aquarium hingga ¼ nya, kemudian benih ditampung untuk ditebar ke wadah pendederan II di bak plastic/semen. Penampungan benih tidak boleh terlalu lama agar tidak stress,
f. Pendederan II di Bak semen/plastic
1) Sebelum benih hasil pendederan dari aquarium dipanen, kolam pendederan II dipersiapkan terlebih dahulu 1-2 hari sebelumnya. Kolam dibersihkan, dilakukan perbaikan apabila ada kerusakan, dikeringkan, dan diidi air bersih. Kemudian didiamkan 1-2 hari.
2) Benih dari aquarium siap ditebar di kolam pendederan II
3) Biasanya tebar benih pagi hari, sorenya mulai diberikan pakan pellet ikan yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Untuk tahap awal biasanya pakan dibuat pasta yaitu dicampur dengan air dan dilumatkan, sehingga bisa dikepal sebesar ½ bola pingpong dan diberikan pada beberapa bagian dari kolam, sehingga tidak terjadi persaingan pakan yang ketat. Setelah benih mampu menelan bentuk pakan yang kasar dapat deberikan secara langsung.
4) Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara mengganti air kolam sebanyak 50% setiap 3-5 hari sekali.
5) Selama pemeliharaan dilakukan pemantauan kesehatan benih. Kolam pendederan II ini terbuka, sehingga kalau ada hujan air tumpah ke kolam. Dalam keadaan demikian diberikan garam dapaur sebanyak 25 gr/m2 air.
6) Setelah 2-3 minggu benih dapat dipanen dengan ukuran 1,5 inch. Benih ini siap dijual.
g. Panen dan Pasca Panen
1) Setelah dilakukan panen, dipersiapkan dulu alat (serok, ember) dan wadah tampung (baskom besar dan hapa halus berwarna hijau dari strimin).
2) Sebaiknya panen dilakukan minimal 6 jam dari pemberian pakan. Akan lebih baik lagi bila 24 jam sebelumnya tidak diberikan pakan.
3) Surutkan air kolam pada pagi hari dengan cara membuka pintu/paralon pengeluaran, kemudian masukan paralon yang sudah dilubangi dengan besar lubang lebih kecil dari ukuran diameter tubuh benih ikan. Tinggalkan tinggi air 2 -5 cm.
4) Segera tangkap benih dengan serokan dan tamping di ember, setelah benih tertampung di ember padat, segera tampung di hapa hijau. Lakukan seterusnya hingga benih habis. Saat panen selesai seharusnya belum terik matahari.
5) Bersihkan kotoran yang ada di dalam hapa. Apabila terlalu padat benih dibagi dua hapa, dan seterusnya. Benih ini diberok selama 2-3 jam untuk dipacking dengan plastic.
6) Plastic yang digunakan ukuran 50 cm x 80 cm rangkap dua, kemudian kedua bagian ujung yang tertutup disatukan dengan ditali gelang karet, kemudian kedua ujung yang lain disatukan dengan ditali karet. Dua lembar plastic yang menyatu, kemudian dibalik, sehingga plastiknya rangkap dua.
7) Isi 1/3 dengan air bersih.
8) Masukkan benih yang sudah dihitung sejumlah 500-1.000 ekor. Kepadatan ini tergantung jarak tempuhnya. Apabila kuran 4 jam diisi 1.000 ekor, dan apabila lebih 4 jam diisi 500 ekor/kantong.
9) Keluarkan udara yang ada di kantong dan masukkan selang dari botol oksigen, buka krannya dan isi 2/3 kantong plastic dengan oksigen murni. Ikat erat dengan tali gelang karet.
10) Lakukan seterusnya hingga benih yang akan dipacking sudah cukup.
h. Transfortasi
1) Bila menggunakan motor, maka kantong plastic dimasukkan ke dalam karung. Satu karung dapat memuat tiga kantong. Bagi yang sudah berpengalaman dapat diangkut 12 kantong.
2) Bila menggunakan kendaraam pick up /bak, kantong plastic disusun di atas bak mobil yang sudah diberi alas. Bila mobil yang digunakan khusus untuk mengangkut benih ikan dilengkapi dengan besi sebagai alas setelah dilapisi dengan papan. Setelah papan diberi alas, kantong plastic disusun di atasnya sedemikian rupa hingga tiga susun. Bahkan bisa empat susun. Setelah susunan kuat diberi tutup terpal yang menutupi seluruh bagian kantong plastic, sehingga rapat dan diberi tali supaya kuat.
3) Dalam pengangkutan diperlukan suhu dingin, sehingga akan lebih tepat dilakukan pada malam hari.
4) Setelah sampai di tujuan, benih diadaptasikan di wadah baru dan didiamkan selama 15 menit. Kemudian langsung ditebar di wadah penampungan atau kolam pembesaran. Bila ditampung di wadah penampungan diberi aerasi aga benih kembali mkenjadi segar kembali.
2) Jelaskan teknologi produksi yang digunakan (tradisional/semi modern/modern). Untuk usahatani : monokultur atau polikultur.
Teknologi produksi benih patin menggunakan teknologi modern, di mana campur tangan manusia sangat dominan. Unsur alam hanya mendukung. Penggunaan mesin pompa untuk mengalirkan air, aeratos untuk menghidupkan aerasi, Manipulasi lingkungan, pemberian pakan 100% dari pakan pemberian manusia. Pembenihan ikan patin dikelola secara monokultur yang artinya dalam wadah budidaya hanya ada satu jenis ikan yaitu benih ikan patin.
Skala usaha produksi benih ikan patin di UPT BBI Kota Metro seperti tertuang sebagai berikut :
PRODUKSI BENIH IKAN PATIN UPT BBI KOTA METRO TAHUN 2012 | ||||||
Produksi Benih Ikan Patin | Ket. | |||||
No. | Bulan | |||||
1 | Januari | 100,000 | ||||
2 | Pebruari | 50,000 | ||||
3 | Maret | 50,000 | ||||
4 | April | 50,000 | ||||
5 | Mei | 0 | ||||
6 | Juni | 0 | ||||
7 | Juli | 0 | ||||
8 | Agustus | 0 | ||||
9 | September | 0 | ||||
10 | Oktober | 0 | ||||
11 | Nopember | 100,000 | ||||
12 | Desember | 150,000 | ||||
Jumlah | 500,000 | |||||
Sumber : Laporan Tahunan UPT BBI Kota Metro Tahun 2013.
D. Aspek Fisik
1) Keadaan lokasi agro ekologi, sarana dan prasarana yang ada.
Keadaan umum di Metro
a) Letak geografis pada 105,170-105,190 bujur timur dan 5,60-5,80 lintang selatan,
b) Jarak dari ibukota propinsi 45 km dari Kota Bandar Lampung
c) Jarak dari ibukota Kota Metro 1,5 km
d) Jarak dari jalan raya Metro–Bandar Lampung 200 m
e) Lokasi tersedia jalan beraspal yang mampu dilintasi kendaraan besar.
f) Ketinggian antara 30-60 m diatas permukaan air laut.
g) Beriklim hujan humid tropis.
h) suhu udara berkisar antara 260-280 C,
i) kelembaban udara rata-rata 80-88 % dan
j) curah hujan per-tahun antara 2,264 mm - 2,868 mm.
k) bulan hujan berkisar antara September sampai Mei
l) sumber air irigasi teknis dan sumur.
2)Teknologi produksi yang digunakan atau yang akan digunakan
Teknologi produksi benih patin yang digunakan adalah teknologi intensif.
3) Kebutuhan input fisik dari usaha yang akan dilaksanakan (saprodi, tanah, bangunan, peralatan dan mesin) nyatakan dalam satuan dan nilai rupiah.
Input Fisik Pembenihan Ikan Patin di UPT BBI Kota Metro
No. | Jenis Input Fisik | Vulume | Satuan Rp | Jumlah Rp. | |
A. | Tanah | ||||
1 | Lokasi hachery dan gudang | 400 | m2 | 750,000 | 300,000,000 |
B | Bangunan | ||||
1 | Hatchry Indoor | 54 | m2 | 1,000,000 | 54,000,000 |
2 | Gudang saprodi dan alat | 20 | m2 | 1,000,000 | 20,000,000 |
3 | Kolam induk 2 unit | 100 | m2 | 100,000 | 10,000,000 |
4 | Kolam pendederan II 5 unit | 100 | m2 | 100,000 | 10,000,000 |
C | Mesin | - | |||
1 | Blower dan instalasi | 1 | unit | 4,000,000 | 4,000,000 |
2 | Sumur submersible dan instalasi | 1 | unit | 75,000,000 | 75,000,000 |
3 | Genset | 1 | unit | 5,000,000 | 5,000,000 |
D | Prasarana dan Peralatan | - | |||
1 | Alat tetas telur sistem corong | 1 | unit | 10,000,000 | 10,000,000 |
2 | Fibreglas 2 m2 | 1 | unit | 3,000,000 | 3,000,000 |
3 | Hapa Jaring waring hitam | 1 | unit | 500,000 | 500,000 |
4 | Hapa Jaring waring hijau | 5 | unit | 200,000 | 1,000,000 |
5 | Hapa Jaring kain nilon halus | 1 | unit | 300,000 | 300,000 |
6 | Aquarium 102 x 33 x 40 cm | 100 | unit | 175,000 | 17,500,000 |
7 | Rak kayu aquarium | 25 | unit | 1,000,000 | 25,000,000 |
8 | Rak tetas artemia | 1 | unit | 250,000 | 250,000 |
9 | Ember | 5 | bh | 10,000 | 50,000 |
10 | Baskom besar | 5 | bh | 25,000 | 125,000 |
11 | Saringan benih | 5 | bh | 30,000 | 150,000 |
12 | Serokan halus | 5 | bh | 15,000 | 75,000 |
13 | Serokan kasar | 5 | bh | 15,000 | 75,000 |
14 | Scoopnet | 1 | bh | 150,000 | 150,000 |
15 | Spuit | 2 | bh | 5,000 | 10,000 |
16 | Baskom kecil/piring | 3 | bh | 5,000 | 15,000 |
17 | Lap/kain lap | 3 | bh | 5,000 | 15,000 |
18 | Lambit | 1 | bh | 75,000 | 75,000 |
19 | Induk patin | 100 | kg | 50,000 | 5,000,000 |
E | Sarana Produksi per tahun | - | |||
1 | Ovaprim | 5 | botol | 250,000 | 1,250,000 |
2 | Aquadest | 10 | botol | 15,000 | 150,000 |
3 | Larutan Sodium | 10 | botol | 15,000 | 150,000 |
4 | Cyste Artemia | 16 | kaleng | 700,000 | 11,200,000 |
5 | Garam | 250 | kg | 1,500 | 375,000 |
6 | Cacing sutera | 250 | liter | 30,000 | 7,500,000 |
7 | Pakan tepung kasar | 250 | kg | 16,000 | 4,000,000 |
8 | Pakan butiran | 250 | kg | 15,000 | 3,750,000 |
9 | Pakan Induk | 1000 | kg | 8,000 | 8,000,000 |
J U M L A H | 577,665,000 |
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan suatu kegiatan dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan agribisnis dilihat secara teknis. Cakupan analisis aspek teknis ini tidak harus selalu dilakukan secara berurutan namun dapat dilakukan secara bersamaan.
· Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan aspek teknis antara lain :
• Pemilihan Strategi Produksi
• Pemilihan dan Perencanaan Produk yang akan diproduksi
• Rencana Kualitas
• Pemilihan Teknologi
• Rencana Kapasitas produksi
• Manajemen persediaan
• Jenis teknologi
• Pengawasan kualitas produk
• Peralatan dan mesin
• Lokasi pabrik
• Layout pabrik
• Perkembangan teknologi
• Rencana Operasional dalam hal jumlah produksi
• Rencana pengendalian persediaan, bahan baku dan barang jadi.
• Pengawasan kualitas produk (barang/ jasa)
• Keusangan Teknologi
• Kecepatan, Kualitas, Murah
• Resiko persaingan
• Resiko Intern
Beberapa contoh jenis usahatani yang perlu dianalisis secara teknis adalah tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan; di bidang agroinput misalnya : pembuatan pupuk dan pembuatan alat mesin pertanian; di bidang agroindustri contoh: pengolahan hasil pertanian seperti pembuatan selai atau minyak goreng, atau pengolahan hasil perikanan dan peternakan.
• Pemilihan Strategi Produksi
• Pemilihan dan Perencanaan Produk yang akan diproduksi
• Rencana Kualitas
• Pemilihan Teknologi
• Rencana Kapasitas produksi
• Manajemen persediaan
• Jenis teknologi
• Pengawasan kualitas produk
• Peralatan dan mesin
• Lokasi pabrik
• Layout pabrik
• Perkembangan teknologi
• Rencana Operasional dalam hal jumlah produksi
• Rencana pengendalian persediaan, bahan baku dan barang jadi.
• Pengawasan kualitas produk (barang/ jasa)
• Keusangan Teknologi
• Kecepatan, Kualitas, Murah
• Resiko persaingan
• Resiko Intern
Beberapa contoh jenis usahatani yang perlu dianalisis secara teknis adalah tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan; di bidang agroinput misalnya : pembuatan pupuk dan pembuatan alat mesin pertanian; di bidang agroindustri contoh: pengolahan hasil pertanian seperti pembuatan selai atau minyak goreng, atau pengolahan hasil perikanan dan peternakan.
E. Aspek Pelayanan
STANDAR PELAYANAN PENJUALAN BENIH IKAN
DI UPT BBI KOTA METRO
| 1. Order partai kecil minimal 2-3 jam sebelumnya 2. Order partai besar 1-3 hari sebelumnya | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1. Menyiapkan peralatan tangkap dan tampung 2. Dalam kondisi mendadak, penangkapan bisa dilakukan setelah 6 jam dari pemberian pakan terakhir. 3. Penangkapan sebagian (dengan penyerokan/penyeseran) maupun total (dengan pengeringan) dilakukan pagi/sore hari 4. Membuka pengeluaran dengan memasang saringan sesuai ukuran dengan ukuran benih. 5. Memulai menangkap benih sebelum kering dan ditampung dalam wadah sementara, dalam wadah sementara tidak boleh terlalu lama dan terlalu padat, segera tampung di hapa yang diletakkan di bak/kolam yang airnya bersih. 6. Lanjutkan penangkapan sampai tuntas, dan bersihkan hasil tangkapan. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1. Benih diberok 2-3 jam sebelumnya untuk jarak dekat/lama perjalanan1-2 jam. 2. Benih diberok 4 jam sebelumnya untuk jarak sedang/lama perjalanan 2-6 jam 3. Benih diberok 10-24 jam sebelumnya untuk jarak jauh/lama perjalanan lebih dari 6 jam 4. Selama pemberokan tidak diberi pakan, diperhatikan kualitas air serta kondisi benih. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1. Terbuka (lele) dengan dirigen 30 liter :
2. Tertutup dengan plastik
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1. Waktu transfortasi pagi/sore 2. Selama transfortasi dalam kondisi lembab (terutama jarak jauh) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1. Persiapan sebelum tebar 2. Pelayanan teknis budidaya 3. Komplain pelanggan |
III. PEMBAHASAN
A. Aspek Yuridis
Dengan luas kolam 623.700 m2 (dengan perkiraan 50% untuk pembesaran patin yaitu 311.850 m2 ) memerlukan benih 2 kali tanam x 20 ekor/m2 x 311.850 m2 = 12.474.000 ekor/tahun. Sedangkan produksi yang dicapai tahun 2012 sebesar 9.915.000 ekor, maka terjadi defisit sebesar 2.559.000 ekor/tahun. Kekurangan ini akan bertambah lagi, jika petani pembudidaya/pembesaran ikan patin di sekitar Metro yaitu kabupaten lain di Propinsi Lampung dan Permintaan dari Propinsi Sumatera Selatan. Hal ini dipertegas lagi dengan adanya beberapa petani pembenih patin dan tengkulak benih patin masih sering mendatangkan darti Pulau Jawa (Karawang, Sukabumi, Jakarta dan sekitarnya). Sehingga peluang usaha pembenihan ikan patin masih terbuka lebar.
Pemerintah Kota Metro memberikan dukungan yang besar untuk mengembangkan perikanan sebagai upaya meningkatkan pendapatan, membuka lapangan kerja, dan peningkatan gizi masyakat.
Studi Kelayakan Pembenihan Ikan Patin di UPT BBI Kota Metro ini memberikan gambaran bahwa pelaku bisnis pembenihan patin di Kota Metro masih terbuka lebar dan meyakinkan. Bagi masyarakat dapat digunakan acuan investasi, bagi pemerintah harus memberikan pelayanan dan pembinaan agar dapat berkembang lagi.
Legalitas produk usaha pembenihan ikan patin adalah benih ikan patin siap tebar yang mempunyai kualitas sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) Produksi Benih Ikan Patin Sebar dengan SNI No. 01-6483.2-2000 tentang Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyththalmus) kelas benih sebar. Dengan adanya SNI dari BSN (Badan Standardisasi Nasional) ini memberikan legalitas produk.
Badan Hukum yang menaungi adanya Instansi Unit Pelaksana Teknis Balai Budidaya Ikan Kota Metro pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Metro ini adalah Surat Peraturan Walikota Metro No. 40 Tahun 2010. Dengan adanya Peraturan Walikota ini memberikan kepastian hukum untuk dapat memproduksi benih ikan patin yang akan dibesarkan oleh para pembudidaya ikan patin.
B. Aspek Pasar
1. Perkembangan Pasar
Dengan data permintaan benih patin Kota Metro sebesar 12.474.000 ekor/tahun, permintaan luar Kota Metro sebesar 10.000.000 ekor/tahun, dan produksi yang dicapai tahun 2012 sebesar 9.915.000 ekor, maka terjadi defisit sebesar 2.559.000 ekor/tahun. Kekurangan ini akan bertambah lagi, jika petani pembudidaya/pembesaran ikan patin di sekitar Metro yaitu kabupaten lain di Propinsi Lampung dan Permintaan dari Propinsi Sumatera Selatan. Hal ini dipertegas lagi dengan adanya beberapa petani pembenih patin dan tengkulak benih patin masih sering mendatangkan darti Pulau Jawa (Karawang, Sukabumi, Jakarta dan sekitarnya). Sehingga peluang usaha pembenihan ikan patin masih terbuka lebar.
Saluran pasar yang ada perlu dikembangkan lagi dengan memberikan pelayan yang baik, serta menjamin mutu benih ikan yang diproduksi. |
2. Pangsa Pasar
Dengan kapasitas produksi saat ini 500.000 ekor/tahun, dan estimasi produksi setelah peningkatan sebesar 2 kali lipat (1.000.000 ekor/tahun). Dengan penambahan produksi 500.000 ekor/th, maka pangsa pasar hanya mengisi 500.000 / 25.000.000 – 30.000.000 (1,7 – 2 %)
Pasar mana yang dituju Pasar tradisional dan eksklusif. Pasar tradisional adalah pasar yang ada di sekitar kita. Pasar eksklusif adalah pasar pelanggan kita yang telah membeli benih yang berkualitas, sehingga akan selalu kembali membeli benih dan akan mengatakan hal baik kepada teman atau orang yang akan membeli benih. Pelanggan ini akan merekomendasikan produk kita.
3. Strategi Pemasaran
Segmentasi : mengarah pada geografis, yaitu dengan diakuinya Kota Metro sebagai satu-satunya Sentra Produksi Benih Patindi Propinsi Lampung, maka para pelanggan benih patin akan selalu mencari benih patin ke Kota Metro.
Segmentasi ini juga sudah mengarah ke segmentasi perilaku yang memperhatikan dapat diukur, dapat dijangkau, dapat menguntungkan, dan dapat dilaksanakan.
Target pada permintaan meningkat, selalu menarik pelanggan, dan ada prospek bagus yang akan berkembang di kemudian hari.
Posisi pasar pada adanya proses produksi selalu dengan SNI yang bermutu, jaminan mutu, serta harga lebih murah, transfortasi lancar, pelayanan bagus, prasarana packing lengkap, adanya konfirmasi keluhan.
Perkembangan harga mengacu pada Surat Keputusan Walikota Metro Nomor : 237 Tahun 2012 Tanggal : 13 Maret 2012 Tentang Penetapan Harga Jual Benih Ikan Hasil Pembenihan (UPT) Balai Budidaya Ikan (BBI) Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Metro. Harga benih ikan patin biasanya menggunakan harga kisaran tertinggi pada saat awal musim (Oktober- Nopember) dan akhir musim Juni – September). Pada Bulan Desember – Mei menggunakan kisaran harga terendah sampai harga tengah.
Saluran pemasaran yang ada adalah produsen – konsumen, produsen-konsumen melalui teman yang stok benihnya kurang, produsen-konsumen melalui tengkulak. Istilah pedagang pengumpul tidak dikenal dalam usaha pembenihan ikan patin, karena biasanya benih hanya dipesan, tetapi benihnya masih ada di tempat produsen. Pada saluran pemasaran produsen-pengecer biasanya sangat kecil, karena hanya dijual di pasar sebagai ikan hias.
Harga yang terjadi jika pemasaran melalui relasi biasanya lebih rendah Rp. 5-10,-/ ekor untuk fee/komisi relasi. Bila dijual di Pengecer biasanya lebih tinggi berkisar Rp. 50 – 100,-/ekor.
C. Aspek Teknik
Sistematis Proses Produksi Benih Ikan Patin :
1. Pemeliharaan Induk
2. Seleksi Induk yang akan dipijahkan
3. Pemijahan
4. Penetasan Telur
5. Pendederan I di aquarium
6. Pendederan II di Bak semen/plastic
7. Panen dan Pasca Panen
8. Transfortasi
Teknologi produksi benih patin menggunakan teknologi modern, di mana campur tangan manusia sangat dominan. Unsur alam hanya mendukung. Penggunaan mesin pompa untuk mengalirkan air, aeratos untuk menghidupkan aerasi, Manipulasi lingkungan, pemberian pakan 100% dari pakan pemberian manusia. Pembenihan ikan patin dikelola secara monokultur yang artinya dalam wadah budidaya hanya ada satu jenis ikan yaitu benih ikan patin.
Rencana Pengembangan Produksi Benih Ikan Patin di UPT BBI Kota Metro
RENCANA PENGEMBANGAN | ||||
PRODUKSI BENIH IKAN PATIN UPT BBI KOTA METRO | ||||
No. | Bulan | Produksi Benih Ikan Patin | Ket. | |
Sebelum | Rencana Pengembangan | |||
1 | Januari | 100,000 | 200,000 | |
2 | Pebruari | 50,000 | 100,000 | |
3 | Maret | 50,000 | 100,000 | |
4 | April | 50,000 | 100,000 | |
5 | Mei | 0 | - | |
6 | Juni | 0 | - | |
7 | Juli | 0 | - | |
8 | Agustus | 0 | - | |
9 | September | 0 | - | |
10 | Oktober | 0 | - | |
11 | Nopember | 100,000 | 200,000 | |
12 | Desember | 150,000 | 300,000 | |
Jumlah | 500,000 | 1,000,000 |
D. Aspek Fisik
Keadaan lokasi agro ekologi, sarana dan prasarana yang ada di UPT BBI Kota Metro seperti yang terlihat dari wawancara dan pengamatan yang dilakukan dapat ditarik suatu gambaran bahwa kondisi yang sangat mendukung bagi pengembangan usaha pembenihan ikan patin .
Teknologi produksi yang digunakan atau yang akan digunakan di dalamnya adalah teknologi produksi intensif. Yang artinya sebagian besar perlakuan dalam budidayanya dibantu oleh mesin dan perlakuan manusia. Perlakuan aerasi dapat memanipulasi lingkungan/media hidup ikan, sehingga padat tebatnya dapat ditingkatkan.
Input fisik berupa sarana dan prasarananya cukup memadai untuk pengembangan usaha pembenihan ikan patin.
E. Aspek Pelayanan
Pelayanan untuk dapat memenuhi permintaan benih patin sudah dibuat Standar Penjualan benih ikan patin di UPT BBI Kota Metro. Hal ini dapat menggambarkan aktifitas usaha untuk memasarkan hasil produksinya.
IV. KESIMPULAN
A. Aspek Yuridis
Aspek yuridis dalam usaha pembenihan ikan patin di UPT BBI Kota Metro meliputi legalitas produksi benih ikan patin dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) Produksi Benih Ikan Patin Sebar dengan SNI No. 01-6483.2-2000 tentang Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyththalmus) kelas benih sebar, Badan Hukum yang menaungi adanya Instansi Unit Pelaksana Teknis Balai Budidaya Ikan Kota Metro pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Metro ini adalah Surat Peraturan Walikota Metro No. 40 Tahun 2010. Dengan adanya Peraturan Walikota ini memberikan kepastian hukum untuk dapat memproduksi benih ikan patin yang akan dibesarkan oleh para pembudidaya ikan patin.
B. Aspek Pasar
Aspek pasar usaha pembenihan ikan patin di UPT BBI Kota Metro meliputi rencana pengembangan usaha hannya akan mengisi 1,7-2% pangsa pasar yang ada, kesenjangan masih terjadi lebih besar permintaan dibandingkan dengan penawaran barang atau stok benih ikan patin yang tersedia, dengan strategi pemasaran geografik dengan diakuinya Kota Metro sebagai satu-satunya produsen benih patin di Propinsi Lampung, adanya jaminan mutu dengan penerapan Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Patin Kelas sebar sebagai keunggulan komparatif, serta adanya lebih banyak kemudahan yang diperoleh pelanggan bila membeli benih ikan patin di Kota Metro.
C. Aspek Teknik
Aspek teknik usaha pembenihan ikan patin di UPT BBI Kota Metro meliputi dukungan teknologi yang telah dikuasai oleh sumber daya manusia, selalu berusaha untuk menghasilkan produk yang bermutu, efisien, sehingga harga di bawah pesaing.
D. Aspek Fisik
Aspek fisik usaha pembenihan ikan patin di UPT BBI Kota Metro meliputi keadaan agro ekologi, prasarana yang ada, serta fasiltas factor pendukung terutama sarana produksi.
E. Aspek Pelayanan
Aspek pelayanan usaha pembenihan ikan patin di UPT BBI Kota Metro meliputi organisasi dari pemesanan benih ikan patin oleh pelanggan sampai benih ikan ditebar atau ditampung di tempat pelanggan, disertai jaminan kualitas dan pengaduan.
V. REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutana Kota Metro, Pertanian Dalam Angka (PDA) 2012, 2013, Tidak diterbitkan,.
Hamid, Mimid Abdul, Wahyu Budi Wibowo, Irwan, Yuniar Riris Purba, Reni Agustina Lubis, dan Atomu Furusawa, Manual Pembenihan Patin Siam, 2007, BBAT Jambi dan JICA,
Maskur, Ir., Ediwarman, Ir., Supriyadi, Ir,. 1998, Prospek Usaha Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus), Loka BAT Jambi.
Musyadar, Achmad, SE, MM,. dkk., 2004, Studi Kelayakan Agribisnis Edisi Kesatu, Pusat Perbukuan Universitas Terbuka Jakarta,
Standar Nasional Indonesia Produksi Benih ikan Patin Siam (Pangasius hyphthalmus) No. 01-6483.4-2000, 2000, Badan Standardisasi Nasional.
Sunarma, Ade., Panduan Singkat Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus), 2007, BBPBAT Sukabumi,.
Unit Pelaksana Teknis Balai Budidaya Ikan Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutana Kota Metro, Laporan Tahunan UPT BBI Kota Metro Tahun 2012 dan Program Kerja Tahun 2013, 2013, Tidak diterbitkan,.
Selengkapnya silahkan klik STUDI KELAYAKAN AGRIBISNIS
Perhitungan analisa finansial dapat Anda klik STUDI KELAYAKAN AGRIBISNIS PERHITUNGAN FINANSIAL
Mohon koreksinya, Terima kasih.
1 comment
Mohon comment yang kurang dan tidak pas