href='https://maxcdn.bootstrapcdn.com/font-awesome/4.3.0/css/font-awesome.min.css' rel='stylesheet'/> AGRIBISNIS BENIH IKAN BLOG: INDONESIA BEBAS UP WELLING

Tuesday, March 14, 2017

INDONESIA BEBAS UP WELLING






ALTERNATIF SOLUSI UP WELLING

DANAU DAN WADUK INDONESIA BEBAS UP WELLING
DENGAN BENDUNG BARALING


Waduk dan danau di Indonesia mempunyai fungsi yang banyak. Di antaranya budidaya perikanan, PLTA, irigasi, rekreasi, mata pencaharian masyarakat sekitar sebagai nelayan, dan lain-lain. Budidaya perikanan di waduk atau danau menggunakan wadah budidaya yang sering disebut Japung yang merupakan akronim dari jaring apung. Dengan istilah baku disebut Keramba Jaring Apung (KJA). KJA adalah jaring yang dibuat wadah untuk membatasi atau memisahkan agar ikan yang dipelihara tidak keluar, berbentuk kotak/balok tanpa tutup, yang diapungkan di suatu perairan dengan drum dan bambu..



Pada saat awal dikembangkan sistem budidaya ikan di KJA memperlihatkan hasil yang bagus. Para pemodal menanamkan investasinya, sehingga over investasi. Hasil panenpun sangat menggembirakan atau menjadikan usaha yang sangat layak. Kualitas air yang mendukung mampu menghasilkan kapasitas produksi yang optimal (carrying capacicy). Sebagaimana perairan yang dulu atau saat ini di daerah pedalaman didapatkan ikan yang melimpah, karena kualitas airnya yang mendukung. Namun sejalan dengan perubahan lingkungan yang memburuk, sehingga daya lenting (daya untuk memulihkan lingkungan kembali menjadi balance) tidak mampu lagi, maka timbullah berbagai kendala (hambatan yang tidak bisa diatasi sendiri) dan masalah (hambatan yang bisa diatasi sendiri) yang bermacam-macam. Usaha agribisnis budidaya ikan di KJA menjadi usaha yang sangat riskan terkena berbagai masalah. Bahkan bangkrut dan gulung tikar.

Salah satu masalah yang merupakan momok yang menakutkan adalah terjadinya up welling. Ribuan ikan baik dalam ekor maupun tonase ditemukan mati mendadak dan serentak dalam waktu yang hampir bersamaan. Kejadian ini hampir tiap tahun dan bahkan bisa berpotensi 2 kali dalam setahun selama musim hujan. Up welling tidak saja membunuh ikan budidaya di jaring apung, namun juga semua biota perairan yang ada baik yang kecil maupun yang sudah besar.

Waduk dan danau yang merupakan tempat yang paling rendah di daratan sekitarnya ini menjadi tempat buangan akhir aliran air yang mengandung berbagai polutan dari rumah tangga, pabrik, erosi, dan sebagainya. Di samping waduk dan danau yang digunakan sebagai usaha budidaya ikan di KJA yang over kapacitas yang menghasilkan sisa pakan dan fases yang terlarut dan mengendap di dasar perairan. Bila suatu danau atau waduk bisa dipanen ikan 1000 ton per hari, tentulah pakan yang masuk berkisar 1500 – 2000 ton per hari (asumsi FCR =Food Convertion Ratio 1,5-2 kg pakan menjadi 1 kg daging ikan). Dan bila menggunakan pakan kadar protein 25%, maka dengan asumsi bahan protein hanya 375-500 ton, sisanya (1125-1500 ton) akan masuk ke perairan sebagai fasesnya  dan sisa yang tidak dimakan. Walaupun ada teknologi jaring tingkat 1-3 m untuk mas dan 3-5 m untuk nila di beberapa kawasan, rupanya masih saja bahan organic tetap selalu meningkat, bahkan mungkin ada percepatannya. Endapan polusi di dasar perairan ini merupakan bom waktu yang suatu saat akan muncul ke perairan dan hanya waktu yang tepatlah yang akan memberitakannya. Inilah fenomena up welling yang kita bahas.



Dalam memprediksi saat yang tepat terjadi up welling atau turn over atau umbalan atau arus naik ada saat terjadinya perubahan suhu antar lapisan perairan. Saat mendung selama 2-3 hari menyebabkan suhu lapisan atas perairan dingin, sementara lapisan dasar masih lebih hangat. Hal ini terjadi karena lapisan atas langsung bersentuhan dengan cuaca dingin. Peristiwa ini disebut sebagai pendinginan permukaan. Saat demikian mungkin saja belum mampu terjadi arus naik. Lapisan dasar yang bersuhu lebih hangat dan mempunyai massa jenis lebih ringan belum mampu terdorong ke permukaan air oleh massa air lapisan atas yang bersuhu lebih hangat dengan massa jenis yang lebih berat. Namun bila disertai hujan apalagi lebat, maka lapisan atas bersuhu lebih dingin dengan berat jenis lebih berat akan turun dan mengisi lapisan bawah/dasar, sehingga lapisan bawah akan terdorong naik ke permukaan.
            Lapisan dasar yang bercampur dengan bahan racun (Sulfur, amoniak, karbondioksida) ikut naik ke permukaan yang meracuni ikan dan biota yang akan di perairan tersebut. Oksigen di lapisan permukaan akan diikat oleh zat-zat tersebut, sehingga terjadilah oksigen di lapisan permukaan tidak mencukupi untuk pernafasan ikan dan biota lainnya. Maka dalam waktu yang serentak, ikan dan biota air lainnya akan mati. Inilah yang menyebabkan kerugian besar, akibat up welling. Grafik di bawah ini menggambarkan massa jenis air yang suhunya lebih hangat/panas mempunyai massa jenis yang lebih ringan dari pada air yang suhunya lebih dingin/rendah. Di mana massa jenis maksimal 4 derajad Celcius, yang kita kenal dengan adanya hukum Anomali Air.


            Suatu kasus terjadi di suatu danau didapati ikan yang mati hanyalah ukuran yang kecil-kecil saja. Hal ini hanya terjadi up welling yang tidak total. Bahan organik di dasar tidak terangkat lebih besar, sehingga kadar oksigen yang diikat oleh bahan organik beracun tidak total. Masih menyisakan sedikit oksigen yang hanya cukup digunakan oleh ikan yang berukuran kecil, sedangkan ikan berukuran besar yang memerlukan oksigen lebih banyak tidak cukup untuk memberi pernafasan ikan yang besar-besar tadi. Ikan yang lebih besar memerlukan oksigen yang lebih banyak daripada ikan kecil. Ikan yang mempunyai pernafasan tambahan (labyrinth, arborescent, dan lainnya) ada mampu bertahan, karena bisa mengambil oksigen langsung dari udara.
            Ada lagi suatu kasus yang menyebabkan kematian ikan sebagian dari kawasan KJA dari total kawasan perairan yang lain. Hal ini terjadi karena ada hujan di daerah tangkapan air (cathment area) yang mengalir ke aliran/sungai yang hanya mampu mengangkat bahan organik di suatu  muara sungai dan sekitarnya yang masuk ke perairan danau/waduk. Sedang kawasan lainnya tidak terjadi up welling.
            Up welling sempurna akan terjadi saat cuaca panas, tiba-tiba turun hujan lebat seolah dicurahkan dari langit. Perubahan yang mendadak ini akan menyebabkan tingkat naiknya lapisan dasar lebih besar. Bila volume hujannya besar, maka semua lapisan dasar akan terangkat ke permukaan.
            Dengan melihat jumlah bahan organik yang menunpuk di dasar perairan, maka danau berkemungkinan besar mempunyai kandungan bahan organik tertumpuk di dasar perairan. Hal ini dilihat dari proses terbentuknya danau secara alami seperti rawa-rawa yang kadar bahan organiknya mengisi cekungan daratan yang ada. Namun waduk juga akan mempunyai bahan organik yang tinggi, bila aktivitas buangannya besar. Walaupun demikian danau mempunyai potensi up welling lebih tinggi.

            Akibat bahan organik yang tertumpuk di dasar perairan ini menyebabkan up welling yang sangat merugikan petani ikan KJA, tetapi juga terhadap konsumen. Harga ikan menjadi lebih mahal, karena permintaan lebih tinggi dari penawaran, di samping polusi lingkungan. Oleh karena itu up weling harus diatasi dengan meminimalisir pembuangan bahan organik dari rumah tangga, pabrik, erosi, dan pembuangan bahan organik dari dasar waduk dan danau dengan membuang bahan organik beracun dari dasar waduk dan danau dengan sistem pembuangan Bendung BARALING (Bersahabat dengan Air dan Ramah Lingkungan). Sistem ini mengadopsi sistem pembuangan kolam dengan sistem monik. Di samping itu, Bendung BARALING juga bisa mengatasi proses sedimentasi (pendangkalan) waduk atau danau. Tentu saja perlunya regulasi agar luasan yang digunakan tidak bertambah tanpa kendali. Sepertinya  KJA saat  ini sudah over produksi. Salah satu data seperti yang dinyatakan  Saut P Hutagalung : Polemik Peruntukkan Danau Toba (TROBOS Aqua Edisi-52/15 September-14 Oktober 2016) bahwa produksi KJA di Danau Toba tidak mengganggu keseimbangan lingkungan, walaupun hasil kajian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2015 lalu menyatakan daya dukung perairan Danau Toba sekitar 50 ribu ton ikan per tahun. Sementara produksi usaha KJA pada 2015 lalu sudah sekitar 90 ribu ton per tahun. Dengan kata lain menurut penulis potensi lestarinya 50 ribu ton, ternyata kenyataan dipaksakan sampai 90 ribu ton.
Sistem BARALING dibuat bersahabat dengan air, karena mampu membuang bahan organik beracun yang ramah lingkungan. Akumulasi bahan organik ini juga harus diatasi dengan pembuangan bahan organik beracun secara kontinyu, sehingga akan berkurang terus-menerus. Dengan demikian hal ini akan menperkecil potensi terjadinya up welling, karena bahan organik beracun semakin berkurang terus-menerus dan lapisan dasar danau/waduk semakin lebih bersih..

Kerugian kematian ikan akibat up welling di danau/waduk dapat diantisipasi dengan Bendung BARALING ini. Semoga para pelaku usaha KJA dan pembuat regulator/kebijakan, maupun masyarakat perikanan budidaya semakin aware dan care, sehingga perlu share. Dan action.

Share

by : Idesat