Pindang lele belum layak naik menjadi menu. Namun saya menjadikan pindang lele sebagai menu saya. Maklum saya dari golomgan bawah. Rasanya menurut saya sih enak, dan juga sedap nian. Saat kehabisan menu, tinggal ambil lele yang besar di kolam belakang rumah.
Seperti halnya dalam pembuatan abon lele, pindang lele mengharuskan ikan yang tua (umur 1 tahun atau menggunakan afkir induk akan lebih bagus lagi hasilnya). Pada pindang baung dan patinpun mengharuskan ikan besar dan cukup tua, sehingga ketika direbus tidak menjadi lunak apalagi hancur. Di warung-warung yang menjajakan pindang baung dan patin ini, sebelum dihidangkan daging baung/patin direbus dulu, kemudian ditiriskan. Ini menghindari daging terlalu lunak. Bila sudah dipesan, daging diambil dan direbus dalam air bumbu resep racikan khas masing-masing kuliner.
Pada pecel lele menggunakan ukuran ikan 8-12 ekor/kg ini akan akan hancur bila dijadikan pindang. Dengan adanya penambahan menu pindang lele, maka akan menjadi solusi untuk mengeluarkan produksi ikan lele yang berlebih ini. dengan pemeliharaan lanjutan selama beberapa bulan lagi akan siap dijadikan pindang lele. Ukuran minimal yang pantas dipindang adalah ukuran per kg 3 ekor, makin besar makin bagus. Ini mungkin bisa dijadikan segemntasi usaha untuk memnuhi permintaan pindang lele ini. Ada lagi segmentasi pasar untuk memenuhi permintaan dari pemancingan.
Dari segi rasa (sekali lagi selera tidak dapat diperdebatkan), tidak kalah dengan patin dan baung. Ikan lele adalah ikan kelas bawah, paling tinggi derajadnya hanya sebagai kelas menengah. Hal ini masih mengingat bahwa lele dipelihara pada kolam kotor. Berbeda halnya dengan ikan baung pada kolam bersih, dan patin ddipelihara di kolam yang tidak sekotor pada ikan lele.
Selamat membuat resep pindang lele Anda sendiri dan nikmati hasilnya.
Demikian postingan ringan ini, Mohon koreksinya.