href='https://maxcdn.bootstrapcdn.com/font-awesome/4.3.0/css/font-awesome.min.css' rel='stylesheet'/> AGRIBISNIS BENIH IKAN BLOG: Penetasan Telur Patin Konvensional

Friday, March 31, 2017

Penetasan Telur Patin Konvensional




Seperti telah banyak diketahui bahwa teknologi penetasan patin terbaru adalah dengan sistem corong. Hal ini memberikan hasil lebih banyak dari sistem penetasan konvensional. Terjadi pemisahan yang jelas antara larva yang sudah menetas dengan media yang digunakan. Yitu dengan menggunakan media yang sama sekali baru (tentu saja yang sudah dipersiapkan dengan didiamkan sehari sebelumnya dan dilakukan aerasi media pemeliharaan).

Yang menjadi keraguan yang dilaksanakan teman saya menggunakan media air sebanyak kurang lebih 1 kubik air yang disirkulasikan. Ini berbeda dengan panduan yang memberikan media airnya kurang lebih 4,5 kubik air. Menurut hemat saya kualitas air yang digunakan sebagai media sirkulasi semakin besar akan semakin bagus. Karena kuantitas bahan organik yang terbuang dari telur 1 ekor betina yang menjadi lebih rendah dibandingkan pada media yang air sirkulasi yang kecil. Sederhananya media sirkulasi 4,5 kubik air akan lebih bagus kualitas airnya dibandingkan dengan pada 1 kubik air.

Pada tahap selanjutnya telur yang menetas menjadi larva akan dipanen dan dipindahkan ke media pemeliharaan larva yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Larva yang dipindah ini akan memberikan efek stres, waluapun sudah dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu. Hal ini berkemungkinan akan menjadikan larva rontok setelah hari ketiga atau keempat.

Bandingkan dengan penetasan telur konvensional. Telur akan menetas alami di media penetasan. Setelah menetas substrat dan telur putih yang tidak menetas dibuang. Kotoran dibuang sampai bersih, kenudian airnya dibuang sebagian dan digantikan dengan air baru. Larva tidak perlu dipindah. sehingga mengurangi tingkat stersnya.

Kalau ada kawan yang susah melakukan pembuangan kotoran dapat dilakukan dengan trik sebagai berikut. Pertama Buanglah kororan yang berukuran lebih dari sebesar telur dengan lambit(serokan yang berukuran jarang). Substrat misalnya ijuk yang tidak dijepit menjadi kakaban, ini bisa diangkat dengakt lambit ini. Bila sudah bersih, tinggal telur putih yang tidak menetas. Ini dibuangnya dengan serokan yang meloloskan larva, namun telur putihnya yersangkut. Lakukan pembemsihan selanjutnya hingga media pemeliharaan larva betul-betukl bersih.

Beberapa kali teman saya tadi memijahkan patin ,namun hasilnya sama saja dengan mwenggunakan penetasan sistem konvensional. Sekali lagi saya berpendapat tentang beberapa kelemahan yang telah dilakukan teman saya tadi. Namun ini akan berbeda tentu bila diolakukan oleh tangan yang berbeda, Tangan dingin seseorang akan merubah cara, mainset, mainsteram, pola yang akan menentukan hasil akhirnya.

1 comment

Post a Comment

Share

by : Idesat