Seorang petani
pembenih lele pemula datang kepada seorang kawan yang kebetulan juga Pembina
sekaligus pelaku usaha pembenihan lele Sangkuriang menanyakan hasil pemijahan
ikan lelenya yang tidak menetas. Kebetulan saya juga ada di tempat tersebut. sebagai
seorang pemerhati pembenihan ikan, aku juga memperhatikan kenapa hal ini bisa
terjadi, dan bahkan sering terjadi.
Menurut
pengalaman saya yang juga masih pemula, setiap induk yang baru sekali
dipijahkan menghasilkan telur putih yang tidak menetas. Kalaupun menetas sangat
sedikit sekali. Pengalaman ini sangat pribadi untuk saya, sehingga saya simpan
saja, apakah ini suatu hal yang sudah biasa, atau saya yang salah dalam
memberikan kesimpulan ini. Saya anggap kesimpulan ini hipotesa yang akan
dibuktikan oleh para pemula dan pelaku usaha yang sudah professional.
Hal kedua yang
saya perhatikan adalah bahwa stadardisasi luasan kolam pemijahan dan penetasan
telur ikan lele. Dalam SNI :01-6484.4-2000 tentang Produksi Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariefinus X Clarias fuscus) kelas benih sebar, disebutkan bahwa luasan kolam pemijahan lele dumbo 1 kg induk betina/m2 dengan perbandingan bobot jantan betina adalah 1 : 2, dan perbandingan jumlah jantan betina 1 : 1-3. Sedang untuk
luasan kolam penetasannya 50.000 – 100.000 butir telur ikan lele dumbo/m2.
Yang menjadi
perhatian saya adalah kualitas air media dengan adanya debit air 0,5
liter/detik. Hal ini memungkinkan terjadinya penambahan oksigen (O2),
sehingga tidak pembusukan telur. Yang menjadi masalah dalam mengalirkan air
adalah kalau air yang digunakan air baru (air yang baru disedot dengan pompa
dari sumur), tentu akan merusak kualitas air yang ada. Menurut pengalaman saya
(yang masih pemula) juga, air baru yang dialirkan ke media penetasan akan mematikan telur dan larva ikan lele.
Pengalaman
seorang kawan tadi, memijahkan induk lele 3 ekor (3 kg) betina dan 3 ekor (3
kg) jantan dalam luasan kolam 3x3 m2 dan ditetaskan di kolam
tersebut menghasilkan telur putih dan larva yang menetas dan mati di dasar
kolam. Sehingga kalau dianalisa luasan pemijahan 3 kg betina/9 m2 =
0,33 kg/m2, dan dalam penetasan dengan asumsi produksi telur 50.000
ekor/m2 (lele dumbo potensi produktivitas telurnya 20.000 – 30.000
butir/kg dan lele sangkuriang 40.000 – 60.000 butir/kg), maka telur yang ada
sebanyak 3 x 50.000 butir/9 m2 = 16.667 butir/m2. Dalam
keadaan inipun, penetasan telur lele gagal, apalagi kalau menggunakan padat
tebar yang lebih tinggi. Teknik ini tidak menggunakan aerasi untuk menambah
kandungan O2.
Pada akhirnyapun
saya menyarankan, boleh saja memijahkan memijahkan ikan lele betina 1 kg/m2.
Namun untuk mengantisipasi dan meminimasi terjadinya induk berkelahi yang
menyebabkan luka dan bahkan kematian, akan lebih baik lagi jika memijahkan ikan
lele menggunakan luasan lebih dari 1 m2/kg betina, misal 4 m2.
Pemijahan yang disampaikan di sini adalah pemijahan ikan lele secara alami dan
tanpa aerasi. Apalagi bila telur yang dihasilkan 25.000 butir (lele dumbo) dan
50.000 butir untuk lele Sangkuriang, maka bisa dibayangkan sebaran telur
tersebut hanya menempel substrat (ijuk, dll) pada luasan 1 m2. Tentu
telur-telur tersebut akan saling berdekatan atau menempel atau tertumpuk yang
mengakibatkan kurang efektifnya penetasan, bahkan busuk tidak menetas.
Pada proses
penetasan dalam SNI Produksi Benih Ikan
Lele Dumbo (Clarias gariefinus X Clarias fuscus) kelas benih sebar
mengunakan luasan 50.000 – 100.000 butir/m2 dan media mendapat debit
air sebesar 0,5 liter/detik. Kalau disimak lebih teliti lagi, hal ini terjadi
pada pemijahan lele buatan dan telurnya ditempelkan pada hapa halus (atau ijuk
yang diletakkan dalam hapa halus) yang diletakkan dalam bak. Ukuran luas bak
tentu lebih besar dari ukuran luasan hapa halus.
Dalam pemijahan
alami, tanpa aerasi dan debit air, penetasan telur 50.000 – 100.000 butir/m2
ini tidak bisa diterapkan. Memang dalam penetasan telur ikan patin dapat
ditetaskan telur sebanyak lebih dari 300.000 butir per tabung kerucut volume
kurang lebih 10 liter yang mendapat aliran terus-menerus untuk mengaduk telur (agar
tidak menumpuk di dasar wadah) hingga menetas total setelah 20 jam, dan larva
akan mengalir masuk ke dalam hapa halus di dalam bak/fiber yang terletak di
bawahnya (dalam penetasan telur patin system corong).
Untuk menetaskan
telur ikan lele dari hasil pemijahan 1 kg betina (kurang lebih 50.000 butir)
tanpa aerasi dan debit, maka diperlukan luasan yang lebih besar. Akan lebih
baik jika ditetaskan pada kolam penetasan seluas 8 -10 m2. Artinya 10 kali lipat dibandingkan dengan luasan
kolam penetasan intensif dengan debit air (1 m2). Hal ini untuk
mengantisipasi sebaran telur yang luas dan dalam media air yang besar mengandung
oksigen yang lebih banyak. Namun hal ini akan memberi hasil yang lebih baik
lagi, bila menggunakan aerasi/blower untuk menambah kadar oksigen (O2)
di media penetasan.
1 comment
Mohon comment yang kurang dan tidak pas