href='https://maxcdn.bootstrapcdn.com/font-awesome/4.3.0/css/font-awesome.min.css' rel='stylesheet'/> AGRIBISNIS BENIH IKAN BLOG: STANDARDISASI LUASAN PEMIJAHAN DAN PENETASAN TELUR LELE

Sunday, May 29, 2016

STANDARDISASI LUASAN PEMIJAHAN DAN PENETASAN TELUR LELE



Seorang petani pembenih lele pemula datang kepada seorang kawan yang kebetulan juga Pembina sekaligus pelaku usaha pembenihan lele Sangkuriang menanyakan hasil pemijahan ikan lelenya yang tidak menetas. Kebetulan saya juga ada di tempat tersebut. sebagai seorang pemerhati pembenihan ikan, aku juga memperhatikan kenapa hal ini bisa terjadi, dan bahkan sering terjadi.

Menurut pengalaman saya yang juga masih pemula, setiap induk yang baru sekali dipijahkan menghasilkan telur putih yang tidak menetas. Kalaupun menetas sangat sedikit sekali. Pengalaman ini sangat pribadi untuk saya, sehingga saya simpan saja, apakah ini suatu hal yang sudah biasa, atau saya yang salah dalam memberikan kesimpulan ini. Saya anggap kesimpulan ini hipotesa yang akan dibuktikan oleh para pemula dan pelaku usaha yang sudah professional.

Hal kedua yang saya perhatikan adalah bahwa stadardisasi luasan kolam pemijahan dan penetasan telur ikan lele. Dalam SNI :01-6484.4-2000 tentang Produksi Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariefinus X Clarias fuscus) kelas benih sebar, disebutkan bahwa luasan kolam pemijahan lele dumbo 1 kg induk betina/m2 dengan perbandingan bobot jantan betina adalah 1 : 2, dan perbandingan jumlah jantan betina 1 : 1-3. Sedang untuk luasan kolam penetasannya 50.000 – 100.000 butir telur ikan lele dumbo/m2.


Yang menjadi perhatian saya adalah kualitas air media dengan adanya debit air 0,5 liter/detik. Hal ini memungkinkan terjadinya penambahan oksigen (O2), sehingga tidak pembusukan telur. Yang menjadi masalah dalam mengalirkan air adalah kalau air yang digunakan air baru (air yang baru disedot dengan pompa dari sumur), tentu akan merusak kualitas air yang ada. Menurut pengalaman saya (yang masih pemula) juga, air baru yang dialirkan ke media penetasan akan  mematikan telur dan larva ikan lele.

Pengalaman seorang kawan tadi, memijahkan induk lele 3 ekor (3 kg) betina dan 3 ekor (3 kg) jantan dalam luasan kolam 3x3 m2 dan ditetaskan di kolam tersebut menghasilkan telur putih dan larva yang menetas dan mati di dasar kolam. Sehingga kalau dianalisa luasan pemijahan 3 kg betina/9 m2 = 0,33 kg/m2, dan dalam penetasan dengan asumsi produksi telur 50.000 ekor/m2 (lele dumbo potensi produktivitas telurnya 20.000 – 30.000 butir/kg dan lele sangkuriang 40.000 – 60.000 butir/kg), maka telur yang ada sebanyak 3 x 50.000 butir/9 m2 = 16.667 butir/m2. Dalam keadaan inipun, penetasan telur lele gagal, apalagi kalau menggunakan padat tebar yang lebih tinggi. Teknik ini tidak menggunakan aerasi untuk menambah kandungan O2.

Pada akhirnyapun saya menyarankan, boleh saja memijahkan memijahkan ikan lele betina 1 kg/m2. Namun untuk mengantisipasi dan meminimasi terjadinya induk berkelahi yang menyebabkan luka dan bahkan kematian, akan lebih baik lagi jika memijahkan ikan lele menggunakan luasan lebih dari 1 m2/kg betina, misal 4 m2. Pemijahan yang disampaikan di sini adalah pemijahan ikan lele secara alami dan tanpa aerasi. Apalagi bila telur yang dihasilkan 25.000 butir (lele dumbo) dan 50.000 butir untuk lele Sangkuriang, maka bisa dibayangkan sebaran telur tersebut hanya menempel substrat (ijuk, dll) pada luasan 1 m2. Tentu telur-telur tersebut akan saling berdekatan atau menempel atau tertumpuk yang mengakibatkan kurang efektifnya penetasan, bahkan busuk tidak menetas.

mengunakan luasan 50.000 – 100.000 butir/m2 dan media mendapat debit air sebesar 0,5 liter/detik. Kalau disimak lebih teliti lagi, hal ini terjadi pada pemijahan lele buatan dan telurnya ditempelkan pada hapa halus (atau ijuk yang diletakkan dalam hapa halus) yang diletakkan dalam bak. Ukuran luas bak tentu lebih besar dari ukuran luasan hapa halus.

Dalam pemijahan alami, tanpa aerasi dan debit air, penetasan telur 50.000 – 100.000 butir/m2 ini tidak bisa diterapkan. Memang dalam penetasan telur ikan patin dapat ditetaskan telur sebanyak lebih dari 300.000 butir per tabung kerucut volume kurang lebih 10 liter yang mendapat aliran terus-menerus untuk mengaduk telur (agar tidak menumpuk di dasar wadah) hingga menetas total setelah 20 jam, dan larva akan mengalir masuk ke dalam hapa halus di dalam bak/fiber yang terletak di bawahnya (dalam penetasan telur patin system corong).

Untuk menetaskan telur ikan lele dari hasil pemijahan 1 kg betina (kurang lebih 50.000 butir) tanpa aerasi dan debit, maka diperlukan luasan yang lebih besar. Akan lebih baik jika ditetaskan pada kolam penetasan seluas 8 -10 m2.  Artinya 10 kali lipat dibandingkan dengan luasan kolam penetasan intensif dengan debit air (1 m2). Hal ini untuk mengantisipasi sebaran telur yang luas dan dalam media air yang besar mengandung oksigen yang lebih banyak. Namun hal ini akan memberi hasil yang lebih baik lagi, bila menggunakan aerasi/blower untuk menambah kadar oksigen (O2) di media penetasan.


1 comment

Post a Comment

Share

by : Idesat