PEMBENIHAN IKAN BAUNG SECARA SEMI ALAMI
Add caption
PENDAHULUAN
Ikan baung (Neptus nemurus) yang oleh masyarakat Lampung ada yang melafalkan “BAUNG”, adalah jenis ikan perairan sungai, sehingga ikan ini banyak ditangkap dan tumbuh dengan baik di perairan sungai. Usaha budidayanya meniru di alam pada kolam yang airnya mengalir. Pada air tergenang atau airnya hanya mengalir pada saat-saat tertentu, maka diperlukan kolam yang luas, dalam dan padat tebarnya lebih sedikit. Pada kolam yang tidak ada pergantian airnya, ikan baung tidak akan tumbuh dengan baik.
Budidaya ikan baung memiliki peluang pasar yang besar, mengingat pasokan dari alam cenderung sedikit dan langka. Sementara “PINDANG BAUNG NAN LEMAK NIAN” masih disajikan di mana-mana dan menjadi makanan favorit.
CIRI-CIRI BIOLOGIS
Hidup di air mengalir/kadar O2 tinggi lebih dari 5 ppm.
Ukuran < 350 gr disebut indit oleh pedagang ikan baung, > 350 gr/ekor disebut baung
Hasil tangkapan di sungai diketahui ukuran 500 gram/ekor belum bertelur, tetapi dari hasil budidaya ukuran 300 gram/ekor sudah dapat dipijahkan.
Pada saat masih kecil bersifat kanibal, tetapi pada saat pembesaran bisa makan pellet.
Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik, serta mulutnya besar.
Tanda induk betina : tubuh lebih pendek, mempunyai dua lubang kelamin yang bentuknya bulat.
Tanda induk jantan : tubuh lebih panjang, mempunyai satu buah lubang kelamin yang bentuknya memanjang.
PEMBENIHAN
Pada saat tertentu (awal musim hujan) dan dengan modifikasi tertentu (air mengalir terus-menerus), ikan baung ada kalanya mau memijah secara alami. Namun demikian untuk meningkatkan akurasi
penjadwalan produksi benih, lebih banyak diterapkan pemijahan semi alami (ikan disuntik dan dibiarkan memijah secara alami).
Pematangan gonad
Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 100-200 m2 dengan kepadatan 0,2 - 0,5 kg/m2. Sebaiknya kolam lebih dalam minimal 1 m dan kolam tidak bocor. Air dialirkan secara rutin. Pakan diberikan 2%dari Biomas /hari dan menjelang musim hujan pakan ditingkatkan menjadi 3%. Apabila aliran air mati, maka sebaiknya pakan tidak diberikan atau hanya diberikan maximal 1%.
Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan dengan menangkap dan mengumpulkan, serta memilih induk yang sesuai dengan kriteria untuk dipijahkan.
Induk betina ditandai dengan perutnya yang buncit dan kadang apabila dipijit ke arah lubang kelamin keluar telur yang warnanya kuning tua.
Induk jantan ditandai dengan warna tubuh dan alat kelamin agak kemerahan.
Sex ratio induk betina dan induk jantan adalah 1 : 1 dalam jumlah ekor.
Induk terseleksi ditampung pada hapa di kolam agar tidak stress sebelum dipindahkan ke bak/kolam pemijahan.
Penyuntikan
Penyuntikan dilakukan terhadap induk betina dan jantan pada pagi hari sebanyak 0,5 cc ovaprim/kg induk, bila induk betina 400 gr dan jantan 400 gr, maka jumlah ovaprim 0,4 cc ditambah aquabidest 0,6 cc, sehingga volume larutan 1 cc. 0,5 cc disuntikkan ke induk betina dan sisanya untuk induk jantan.
Letak penyuntikan di punggung.
Pemijahan
Wadah pemijahan bisa menggunakan kolam semen atau bak yang diaerasi atau kolam yang airnya bisa dialirkan terus-menerus.
Sebagai penempel telur menggunakan ijuk yang diletakkan pada tiap sudut dengan diberi pemberat.
Induk akan memijah pada malam hari.
Penetasan
Setelah proses pemijahan selesai, telur yang menempel di ijuk diangkat bersama ijuknya untuk ditetaskan di bak penetasan dan diaerasi. Induk dikembalikan ke kolam pemeliharaan untuk recovery.
Telur baung akan menetas setelah 24 jam (tergantung suhu).
Setelah 24 jam, ijuk dibuat mengambang di permukaan air agar larva di dasar bak, sehingga ketika ijuk diangkat larvanya tidak ada yang ikut terangkat.
Pemeliaharaan Larva
Perlakuan dalam pemeliharaan larva :
Aerasi terus dijalankan.
Penggantian air 2-3 hari sekali sebanyak 75%.
Pemberian pakan setelah 60 jam dari menetas dengan cacing sutera secara adlibitum (sekenyangnya).
Pemeliharaan larva ini berlangsung selama 10-15 hari.
G. Pendederan
Setelah dipelihara selama 10-15 hari, selanjutnya benih baung siap ditebar di kolam pendederan yang telah dipersiapkan 7 hari sebelumnya.
Adapun perlakuan persiapan kolam :
1. Perbaikan kebocoran
2. Pengelolaan tanah dasar, perataan, pembuatan kemalir, dan penutupan saluran buang.
3. Pengapuran 25 - 50 gr/m2, pemupukan organik 250 gr/m2, urea 15 gr/m2, dilanjutkan pengaliran air dengan memasang saringan di pemasukan.
4. Kolam diairi setinggi 20 cm, selanjutnya secara bertahap dinaikkan menjadi 40 cm pada hari ke 3, 60 cm pada hari ke 5.
5. Pada hari ke-7 benih siap ditebar dan aliran masuk dibuka kecil untuk menutupi rembesan dan penguapan yang terjadi.
6. Padat penebaran 25-50 ekor/m2
7. Pemberian pakan tambahan berupa pellet halus atau pakan udang halus sebanyak 500 - 750 gr/10.000 benih/hari dengan frekuensi 3 kali.
8. Pemeliharaan di kolam pendederan berlangsung selama 3-4 minggu.
9. Benih dipanen berukuran 2-3-5-7 cm, kemudian disortir. Ukuran 2-3 cm dan 3-5 cm dideder lagi secara terpisah, sedang ukuran 5-7 cm dapat dibesarkan di kolam pembesaran.
Pengendalian Masalah
Ikan baung perlu O2 tinggi, sehingga bila stress atau mabuk, maka media harus dalam kondisi bersih dari sisa pakan dan aerasi terus dihidupkan. Apabila darurat mabuk diperlukan penjarangan padat tebar.
Pemberian pakan yang kurang tepat waktu dan volume mengakibatkan kanibalisme.
1. Cacing ditandai dengan menggantung di bawah permukaan air dikendalikan dengan NaCl (garam dapur) 2.500 ppm (2,5 kg/M3) + MG (Malacheet Green) 0,1 ppm.
2. Bintik putih ditandai dengan adanya bintik putih di permukaan tubuhnya, biasanya menyerang ikan apabila suhu media pemeliharaan dingin, pengendaliannya dengan menggunakan dengan NaCl (garam dapur) 2.500 ppm.
3. Bakteri Aeromonas ditandai adanya borok yang kadang berdarah, pengendalian dengan oxytetraciclin 10 ppm (perendaman) dan melalui pakan ikan sebanyak 25 mg/kg pakan selama 7-10 hari.
Pengendalian penyakit yang terpenting adalah menjaga jangan sampai ikan tersebut terserang dengan pemantauan kesehatan secara kontinyu sehingga pengobatan dilakukan sedini mungkin.