Daerah tertentu yang tidak ada sumber air yang kontinu bukan berarti bukan daerah pengembangan perikanan. Sebagaimana motto beberapa lembaga pendidikan perikanan yang salah satunya adalah "Omne Vivum ex aquatis" (OVA)yang berarti "Air sebagai Sumber Kehidupan dan Penghidupan", menjadikan sumber daya manusia perikanan di daerah yang tidak ada sumber air kontinu berjuang untuk mengembangkan perikanan. Terbukti sekarang ada teknologi bioflok yang hemat air. Dan teknologi sederhanapun juga diterapkan salah satu praktisi perikanan Pak Nasrudin yang menggunakan air bekas pendederan sebelumnya untuk digunakan sebagai media pendederan lanjutan pada pembenihan ikan lele. Airnya sampai berwarna hijau, tentu dengan sedikit perlakuan penambahan bahan herbal sebagai probiotiknya (ada juga yang memberikan probiotik pabrikan) sebagai pengendali kualitas air.
Dalam daftar kelayakan teknis lokasi usaha perikanan salah satunya adalah tersedianya suplai air sepanjang tahun yang mencukupi baik kualitas maupun kuantitasnya. Namun di beberapa daerah seperti di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Purbolinggo di Lampung Timur Provinsi Lampung pada saat tidak ada suplai air, maka induk-induk ikannya dikumpulkan dalam sebuah kolam besar yang masih mampu menampung air selama tidak ada suplai air. Ini kejadian dulu, namun sekarang dengan adanya teknologi kolam lapis plastik ini dapat dihindari keringnya kolam akibat suplai air tidak ada. Walaupun dengan sumber air dari sumur, namun bila kolam rembes dan tingkat penguapannya yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan volume airnya.
Pada daerah yang tidak ada suplai kontinu dalam arti suplai air biasanya hanya mengandalkan dari sumur. Irigasi teknispun juga tidak dapat mengalir sepanjang tahun, karena ada saatnya rehab jaringan irigasi. Pada daerah ini dikatakan budidaya ikan di kolam stagnan (Airnya tidak mengalir). Tentu saja hanya ikan-ikan tertentu yang mempunyai pernafasan tambahan yang tahan dalam media air rendah zat asamnya.
Ikan-ikan yang tergolong tahan hidup (dan berkembang tumbuh besar tentunya) pada media air yang rendah zat asamnya (Oksigen) ini antara berbagai jenis ikan catfish bangsa lele-lelean/ikan berkumis seperti berbagai strain lele dumbo (keturunan Clarias gariepinus dan Clarias fuscus), patin siam dan gurame, dan lain-lain (kecuali baung, patin pasupati). Pada pembenihan ikan gurame biasanya masih memerlukan ikan mengalir. Namun bila tidak ada rupanya pembenihan gurame ini juga dapat dilakukan pada kolam stagnan.
Pada ikan yang mempunyai pernafasan tambahan secara otomatis dapat diterapkan penghematan air. Pada ikan yang mempunyai kebutuhan oksigen yang tinggi semisal baung harus dapat dilakukan penghematan air.
Telur baung ditetaskan pada bak semen yang diberi aerasi. Larva yang menetas dibesarkan pada bak tersebut dengan tetap diberikan aerasi sampai dengan pemberian pakan cacing. setelah berumur 2 minggu dilanjutkan dengan pakan pellet halus.
Perlu diperhatikan pemberian pakan alami cacing sutera belum atau tidak memberikan penurunan kualitas air. Pada pemberian pakan pellet halus selama 5 hari memberikan hasil kualitas air yang tidak dapat menoipang kehidupan benih baung. Oleh karena itu benih harus segera dipindah ke pendederan II. Nah, saat inilah dilakukan penghematan media air.
Benih baung seharusnya dipelihara di kolam besar. Kolam yang digunakan tentunya dikeringkan terlebih dahulu, agar tidak ada ikan predator dan kompetitor. Untuk mengisi kolam yang besar ini diperlukan air yang banyak. Bila menggunakan dari sumur rasanya kurang efektif.
Kolam pendederan II yang digunakan dengan memasang hapa di kolam besar yang ada. Benih ditebar pada hapa tersebut. Hapa yang digunakan tentu saja hapa yang lebih rapat dan benih baungnya tidak lolos. Kolam yang besar ini tentunya ada ikan lain di luar hapa. Ikan di luar hapa ini akan ikut membersihkan jaring hapa. Hal ini menjadikan pertukaran air terjadi walaupun hanya sedikit.
Pakan awal yang diberikan berupa pakan pellet halus, Sejalan dengan pertumbuhan bukaan mulutnya diberikan pakan pelet bentuk butiran sesuai bukaan mulutnya.
Bila pert umbuhannya menunjukkan adanya benih ikan yang berukuran lebih besar dan mulai tidak seragam lagi, dilakukan sortir. Nah salah satu keuntungan pendederan II di hapa ini sangat praktis. Dengan mengangkat hapa dan dilakukan penangkapan benih baung. Benih selanjutnya disortir agar mempunyai ukuran yang seragam. Seperti kita ketahui bahwa ikan baung ini mempunyai tingkat kanibalisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan lele. Selanjutnya benih baung dideder lagi di hapa sesuai ukuran benih yang ada.
Demikian semoga manfaat, mohon perkenan koreksinya.