O E A U I (Obrolan Enak Alternatif Usaha Ikan ) & OEIUA (Obrolan Enak Inspiratif Untuk Amal)
Monday, May 16, 2016
UP WELLING, MENGANALISA DARI KADAR BAHAN ORGANIKNYA
UP WELLING, MENGANALISA HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN KOLAM
Pada musim panca roba yang sering terjadi di awal musim kemarau atau musim hujan, kalau dikatakan di awal berarti sama juga dengan pengertian di akhir yaitu di awal musim kemarau berarti juga di akhir musim hujan. Pada sekitaran saat ini banyak terjadi wabah penyakit ikan, baik akibat organisme seperti protozoa, bakteri, virus, dan lain sebagainya, maupun akibat penyakit nonteknis atau lingkungan. penyakit akibat lingkungan, misalnya terjadinya up welling yang menyebabkan ribuan ton ikan mati di waduk atau danau. Tentu saja kerugiannya pasti besar.
Pada ulasan sebelumnya, saya menyebutkan bahwa sakingnya banyaknya bahan organik yang naik ke permukaan, menyebabkan ikan mati, namun kalau bahan organiknya sedikit, maka hanya menimbulkan blooming plankton. Pernyataan banyak dan sedikit adalah pernyataan kualitatif, bagaimana pernyataan kuantitatifnya ?
Untuk mengkaji masalah ini, mari Agan (wah, kaya dah blogger aja, padahal masih sangat amat newbie sekali) perhatikan Standar Nasional Indonesia (SNI) misalnya SNI : 01- 6483.3 - 2000 tentang Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) pada point Proses Produksi pada penggunaan bahan-bahan untuk persiapan kolam yaitu :
1. Kapur tohor 60 gr/m2.
2. Pupuk organik 500 gr/m2
3. Pupuk anorganik : Urea 20 gr/m2 - 50 gr/m2, TSP 10 gr/m2- 25 gr/m2
Apabila kita tambah bahan-bahan di atas, maka dosisnya menjadi (60+500+35+17,5)=612,5 gr/m2. Kita buat asumsi tinggi air 1 m, sehingga dosisnya 612,6 gr/m3 = 612,5 ppm (part per milyun = mg/liter=gr/m3). Dosis ini mematikan. Karena ini sebagai persiapan kolam yang harus didiamkan selama 5-7 hari.
Lantas kalau volume air danau/waduk 1.000.000.000 kubik, maka bahan organik yang mematikan seharusnya 612,5 x 1000.000.000 = 612.500.000.000 mg =612.500.000 gr=612.500 kg=612,5 ton.Untuk mengetahui apakah bahan organik yang terakumulasi selama 6 bulan (kita ambil 6 bulan, karena potensi up welling terjadi 2 kali setahun), kita lihat produksi ikan dari jaring apung yang ada di waduk. Bila datanya 1000 ton, misalnya. Berarti pakan yang diberikan sebanyak 1.500 ton (asumsi FCR 1,5). Pakan ini kita asumsikan menjadi faces semua. Sehingga masa budidaya baru sekalipun berpotensi untuk up welling, jika data seperti di atas. Yang seharusnya akumulasi pakannya jauh di bawah angka 612,5 ton/6 bulan. Angka ini hanya di atas kertas, kondisi lapangan biasanya maksimal luasanya areal budidaya hanya 30% (kalau tidak salah).
Sekarang kita kembali ke kolam, volume 1000 kubik. Panen per 6 bulan 500 kg, dengan asumsi FCR (Food Convertion Ratio/Nilai ubah pakan menjadi daging) 1,5; maka pakannya 750 kg. Asumsi faces 750 kg = 750/1000=0,75 kg/m3.Angka ini masih jauh dari lethal dosis. Namun ada kalanya terjafi up welling.
Asumsi di atas hanya angka di atas kertas dan seolah tidak ada bahan organik yang keluar. Namun demikian, para pelaku budidaya baik di kolam maupun waduk dan danau dapat mencegah sebelum terjadi masalah yang merugikan. Harapannya pihak terkait memberikan penyuluhan lebih intensif dan membuat regulasi agar tidak terjadi up welling.yang sangat merugikan para pelaku usaha budidaya ikan.
Mohon koreksinya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)