Di Sumatra kuliner pindang baung seolah menu utama. Seiring dengan ikan baung yang mulai langka, maka diperkenalkan ikan patin sebagai penggantinya. Dikatakan mulai langka, karena adanya ikan baung hanya waktu tertentu saat perairan umum susut airnya. Saat ini ikan perairan umum naik semua. Ikan dari kolam tidak laku atau minimal orang lebih memlih ikan dari perairan umum yang lebih enak dan kenyal dagingnya.
Ikan patin sebagai substitusi ikan baung tidak akan berhasil, bila budidaya baung sukses. Namun bukan yang dikembangkan di kolam, tetapi harus dikembangkam di perairan umum. Ikan baung yang dikembangkan di kolam masih terasa lembek. Sebenarnya yang menjadikan ikan baung mempunyai tekstur yang kenyal adalah dari pakannya. Bila diberi pakan pellet akan lembek dagingnya. Dengan ikan rucah yang mudah didapatkan di periaran umum sebagai pakannya, ikan baung ini akan mempunyai tekstur daging yang lebih kenyal.
Keberhasilan budidaya ikan baung di peraiarn umum sangat dipengaruhi oleh kualitas airnya. Bila kualitas lingkungan rusak, tidak akan menjadi habitat ikab baung yang cocok pada air mengalir. Air mengalir ini adalah tandanya kualitas air yang baik yang bisa digunakan untuk budidaya ikan baung.
Soal selera tidak dapat diperdebatkan. Sampai kapan ikan patin sukses menggantikan ikan baung sebagai pindang patin ini, yang jelas kita makan jalan terus. Tak ada baung, patin jadilah. Tak ada patin, tempe jadilah. Kalau saat kantong kempes.
Sejalan dengan tingkat pendapatan yang meningkat, maka tingkat keinginan juga meningkat. Namun limiting factorlah yang menentukan. Sampai kapan pindang baung bisa dihidangkan tidak ada yang tahu. Yang pasti ketersediannya mulai tidak menentu.
Semoga keduanya sukses. Pindang baung sukses berdampingan dengan pindang patin. Ada pilihan , kan. Tidak ada monopoli perpindangan. Pesan pindang patin dan jeruk anget (disingkat PBJA). Lemak nian. Selamat menikmati.
Baca juga Pindang Baung yang Belum Tergantikan dan Pindang Lele juga Enak
1 comment
Mohon comment yang kurang dan tidak pas